Penyebab Skoliosis yang Perlu Dipahami, Karena Keturunan atau Kebiasaan?

BISNISBANTEN.COM — Skoliosis adalah kondisi ketika tulang belakang melengkung ke samping sehingga membentuk huruf S atau C. Meskipun sering ditemukan pada remaja, skoliosis bisa terjadi pada siapa saja, termasuk bayi dan orang dewasa. Mengetahui penyebabnya sangat penting agar penanganan bisa lebih tepat dan tidak terlambat.
1. Skoliosis Idiopatik
Jenis skoliosis ini merupakan yang paling umum, terutama pada anak usia 10–18 tahun. Disebut idiopatik karena penyebab pastinya belum diketahui. Namun, para ahli menduga faktor genetik berperan besar. Banyak kasus menunjukkan skoliosis idiopatik menurun dalam keluarga, meskipun gen spesifik yang menyebabkannya belum ditemukan.
2. Skoliosis Kongenital
Skoliosis kongenital terjadi sejak bayi dalam kandungan. Kelainan ini muncul karena tulang belakang tidak terbentuk dengan sempurna atau ada bagian tulang yang menyatu sehingga pertumbuhan tulang belakang menjadi tidak seimbang. Skoliosis kongenital sering kali terdeteksi lebih dini dibanding jenis lainnya.
3. Skoliosis Neuromuskular
Jenis skoliosis ini berhubungan dengan masalah saraf dan otot yang mengendalikan tulang belakang. Kondisi seperti cerebral palsy, distrofi otot, atau cedera sumsum tulang belakang bisa menjadi pemicunya. Karena otot tidak mampu menahan tulang dengan stabil, tulang belakang akan cenderung melengkung. Skoliosis neuromuskular umumnya lebih berat dan cepat berkembang dibanding jenis idiopatik.
4. Cedera dan Infeksi Tulang Belakang
Kecelakaan yang menyebabkan patah tulang belakang, tumor, atau infeksi tertentu juga dapat memengaruhi bentuk tulang belakang. Saat tulang sembuh dengan tidak sempurna, postur tubuh bisa berubah sehingga terjadi skoliosis. Meskipun jarang, penyebab ini tetap perlu diwaspadai.
5. Faktor Degeneratif
Pada orang dewasa, skoliosis bisa muncul akibat proses degeneratif atau penuaan. Penyebabnya antara lain osteoporosis, arthritis, hingga kerusakan bantalan tulang belakang. Kondisi ini membuat tulang belakang kehilangan kekuatan penopang, lalu melengkung ke samping. Skoliosis degeneratif sering disertai nyeri punggung kronis.
6. Faktor Risiko Lain
Beberapa faktor tambahan juga meningkatkan risiko skoliosis, seperti pertumbuhan cepat pada masa pubertas, jenis kelamin (wanita lebih berisiko mengalami skoliosis idiopatik), dan riwayat keluarga. Meskipun faktor-faktor ini tidak langsung menyebabkan skoliosis, keberadaannya bisa memperbesar peluang terjadinya kelainan.
7. Komplikasi Jika Tidak Ditangani
Penyebab skoliosis yang beragam membuat tingkat keparahannya juga berbeda-beda. Jika tidak ditangani sejak dini, skoliosis bisa memicu komplikasi serius, seperti gangguan pernapasan akibat tulang yang menekan paru-paru, nyeri punggung jangka panjang, hingga masalah postur tubuh yang memengaruhi aktivitas sehari-hari.
8. Pentingnya Deteksi Dini
Karena penyebab skoliosis tidak selalu jelas, pemeriksaan rutin sangat dianjurkan, terutama pada anak-anak dan remaja. Semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang skoliosis ditangani dengan brace atau terapi tanpa operasi. Sedangkan pada kasus yang lebih berat, operasi bisa menjadi pilihan terakhir untuk meluruskan tulang belakang.
(Sarah)