Banten24

Pemkab Serang Gandeng KORIKA Cegah Penyakit Lewat Prediksi Perubahan Iklim

BISNISBANTEN.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang menjalin kerjasama dengan Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (KORIKA) yang mampu memprediksi perubahan iklim dengan kecerdasan Artifisial Intelijen. Kerjasama sebagai bentuk tindakan dini guna mencegah kemungkinan muncul berbagai penyakit dampak perubahan iklim.

Kedatangan rombongan KORIKA diterima Wakil Bupati (Wabup) Serang Pandji Tirtayasa di Pendopo Bupati Serang, Kamis (9/2/2023). Turut mendampingi Pandji, yakni Staf Ahli Bupati Serang Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dr Rachmat Fitriadi dan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkab Serang.

Dalam paparannya, Pandji mengatakan, penerapan metode kecerdasan Artifisial Intelijen bersama KORIKA akan ditindaklanjuti melalui komunikasi secara intensif membahas model kerjasamanya.

Advertisement

”Ini (kerjasama-red) arahnya peningkatan kualitas kesehatan atau pencegahan,” jelas Pandji kepada awak media usai pertemuan.

Kata Pandji, setelah kerjasama KORIKA akan membaca kecenderungan penyakit yang akan timbul atau memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dengan perubahan iklim melalui pendekatan artificial intelegency.
Pendekatan Artifisial Intelijen, lanjut Pandji, pendekatannya bisa menangani segala kuratif, tetapi lebih cenderung pada pencegahan bagaimana penyakit tidak timbul.

“Disampaikan adanya perubahan iklim, perubahan cuaca penyakit-penyakit yang dulu bisa punah bisa muncul lagi, atau penyakit penyakit yang belum pernah ada dalam cerita bisa datang penyakit-penyakit baru,” terang mantan birokrat yang pernah menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Serang ini:

Advertisement

Dengan prediksi dengan kemampuan Artifisial Intelijen, kata Pandji, maka penyakit bisa segera ditanggulangi, dengan mengambil langkah-langkah teknis dan taktis sehingga penyakit bisa tangani sejak dini. Pendekatannya, menurut Pandji, lebih kepada preventif. Pandji berpendapat, upaya mencegah jauh lebih baik daripada mengobati ketika penyakitnya sudah datang atau penanganan kuratif.

”Nah, sekarang kita bisa prediksi kemungkinan-yang akan terjadi atau akan datang penyakit, seperti kemarin ada penyakit Polio ujug-ujug muncul. Padahal, sejak tahun 1970 penyakit Polio sudah dinyatakan hilang dari negara kita, terus juga cacar,” ujar Ketua Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) Banten ini.

Pandji berharap, potret kondisi Kabupaten Serang pada bidang kesehatan sudah disampaikan, baik persoalan lingkungan, sanitasi, hingga masalah suplai air bersih kepada Torika. Pandji berharap, KORIKA sudah membaca persoalan-persoalan di Kabupaten Serang dengan cara menganalisa sehingga terjadi kesepakatan dan kesepahaman mana yang harus dikerjakan oleh Pemkab Serang dan mana yang menjadi tugas KORIKA.

”Tidak mungkin semuanya menjadi beban KORIKA, nanti akan ada sharing. KORIKA memberikan saran perbaiki, benahi, kami akan masuk ke yang tidak mampu,” tandasnya.

Sementara itu, Pendiri KORIKA Indra Kusuma menjelaskan bahwa KORIKA merupakan Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial bidangi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang kemudian fokus pada kuad helix yaitu government, universitas, kemudian juga industri dan komunitas lainnya. Tujuannya, kata Indra, untuk memajukan kecerdasan artifisial, semisal bisa reformasi birokrasi, maritim dan agri culture, kesehatan, dan lainnya.

Intinya, lanjut Indra, pihaknya hanya volunteering untuk memajukan kecerdasan artifisial di Indonesia, salah satunya membantu Pemerintah di Indonesia mengembangkan sistem kesehatan yang lebih memakai kecerdasan artifisial. Yaitu, prediktif untuk operasionalnya lebih teliti karena perubahan iklim membuat tidak pasti.

“Jadi, sekarang kesulitannya jauh lebih tinggi daripada normal. Jadi, kita pakai kecerdasan artifisial,” katanya.

Indra menambahkan, perubahan iklim bisa memancing semua penyakit. Bahkan, pernah ada teori perubahan iklim, dimana terjadi perubahan iklim yang berdampak es mencair.

“Selain es mencair, perubahan virus di dalam es yang sudah zaman lalu bisa beredar di semua tempat, karena es mencair,” terangnya.

Dengan adanya perubahan cuaca, lanjut Indra, membuat siklus malaria dan lainnya tidak diduga. “Kita bisa hujan dan panas kapan saja. Sekarang suhu tidak tentu, membuat penyakit menjadi tidak bisa diduga sama sekali kedatangannya. Mudah-mudahan dengan sistem yang lebih bagus, kita bisa memprediksi lebih tepat kira-kira begitu,” pungkasnya. (Nizar)

Advertisement
LANJUT BACA

Nizar Solihin

Hobi musik, olahraga, dan traveling. Berjiwa solidaritas, pekerja keras, totalitas dan loyalitas tanpa batas. Motto 'Selalu Optimis'. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2013