Info Travel

Wisata Mangrove Jembatan Pelangi Punya Menara Pantau, Jembatan Lengkung, dan Tracking Mangrove Baru Loh

BISNISBANTEN.COM — Setelah Lebaran gini banyak tempat wisata yang diserbu masyarakat ya. Walaupun pemerintah mengintruksikan menutup tempat wisata, pada kenyataannya masyarakat butuh hiburan dan pengelola wisata butuh dana untuk menghidupkan kembali destinasi wisata yang dikelola. Alhasil, meski dilarang namun banyak lokasi wisata yang tetap saja ramai.

Nah, buat kamu yang keukeuh ingin berwisata karena khawatir stres di rumah saja malah semakin mendatangkan penyakit, ada lokasi seru yang bisnisbanten.com rekomendasiin untuk dikunjungi. Tapi tetap mematuhi protokol kesehatan ya.

Advertisement

Ini nih, wisata mangrove Jembatan Pelangi. Berada di Kampung Barangbang, Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Jembatan Pelangi bukan hanya menjanjikan refresh setelah berkunjung. Melainkan juga nilai-nilai edukasi untuk menjaga lingkungan dengan keberadaan tanaman bakau untuk mencegah abrasi pantai.

Untuk mencapai Jembatan Pelangi Mangrove Berangbang, dapat mengambil rute dari pangkalan ojek Sidayu menuju Pantai Lontar di Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. Lokasi Jembatan Pelangi Hutan Mangrove Berangbang berada tepat di belakang SMP Satap Berangbang. Kawasan Hutan Mangrove Berangbang buka pukul 07.30-17.00 WIB.

Tiket masuk Rp3.000. Sementara tiket parkir motor Rp5.000.

Advertisement

Dibandingkan pada 2018 saat tempat ini dibangun lalu dibuka, pada 2021 ini banyak penambahan wahana dan fasilitas loh. Kalau sebelumnya pengunjung hanya bisa menikmati jalan di atas jembatan kurang dari 100 meter dengan kanan kiri tanaman bakau, saat ini ada penambahan tracking mangrove yang lebih panjang, menara pantau, dan jembatan lengkung. Area kantin dengan pedagang yang menjajakan dagangan pun lebih banyak.

Jika melihat papan pengumuman pembangunan di area depan tracking mangrove yang baru, pendanaan fasilitas baru ini ternyata dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Laut. Tertera juga informasi sumber dana berasal dari bantuan pemerintah di Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pemulihan ekonomi nasional tahun anggaran 2020.

Penambahan tracking sepanjang 160 meter yang dikerjakan CV Sentra Melindo ini membuat pengunjung semakin leluasa. Spot foto pun semakin banyak. Bahkan saat ramai pengunjung, penambahan mangrove track ini dimanfaatkan pengunjung untuk duduk-duduk lesehan sambil membuka bekal nasi dari rumah.

Di sisi lain, ada menara pantau dengan tiga lantai. Setiap lantai sepertinya bisa menampung 10 orang. Ini sangat membantu pengunjung untuk memantau area sekitar pantai dan pepohonan mangrove di sekitar lokasi ini.

Nah, jika berjalan terus sampai tepi laut, ada jembatan lengkung. Ciamik untuk berfoto. Di area ini banyak tertambat perahu yang bisa diajak berkeliling area. Per orang hanya Rp10 ribu. Kalau tertarik menaiki perahu, pengunjung akan diantarkan ke salah satu spot dengan gundukan di tengah perairan. Di sini tinggi air hanya sebetis. Banyak digunakan untuk berfoto.

Oh ya penambahan fasilitas seperti yang tertera dalam papan informasi juga ada gazebo 5 unit, toilet 1 unit, dan gapura 1 unit. Di sisi lain, tak jauh dari gazebo ada kebun mangrove. Di atas tanah seluas 6,08 ha ini ditanami 13,376 batang rizhopora sp dengan pola tanam silvofishery. Informasi ini bisa dilihat di papan informasi.

Sejarah

Pada salah satu wawancara, penggagas Wisata Mangrove Jembatan Pelangi Miftahul Halim mengatakan, jembatan pelangi menjadi wahana edukasi mangrove atau bakau bagi mahasiswa, pelajar SMP dan SMA, bahkan siswa SD. Dengan belajar mengenai mangrove, masyarakat diedukasi agar bisa ikut menjaga kelestarian alam karena dengan begitu manusia juga yang akan diuntungkan.

Miftah mengungkapkan, dengan tumbuhnya mangrove di pesisir pantai maka abrasi yang akan ditimbulkan oleh ombak akan dapat dihindari. Mangrove yang juga berfungsi sebagai pemecah ombak akan membuat kekuatan ombak melemah, dan pada akhirnya tidak akan menimbulkan abrasi.

Miftah menceritakan, awalnya ia yang menginisiasi pembangunan jembatan pelangi dengan meminta bantuan dari PT PLN (Persero) Banten. Saat itu tingkat kesadaran masyarakat akan lingkungan, terutama dalam menjaga kelestarian pantai dengan menanam mangrove, masih sangat rendah. Bahkan ia kerap ditertawakan oleh warga sekitar ketika sedang menanam mangrove. “Saya dikira gila,” katanya

Dengan bantuan yang diberikan PT PLN (Persero) Banten, ia pun menanami mangrove dan membuat jembatan pelangi. Panjangnya tidak lebih dari 100 meter. Dari jembatan pelangi ini pengunjung bisa melihat secara dekat pohon mangrove yang tumbuh di pingiran pantai. Dibangun selama dua bulan pada 2018, akhirnya jembatan pelangi pun dibuka pada tahun yang sama dan langsung viral. Banyak yang berkunjung bukan hanya para orang tua dan remaja, melainkan juga anak-anak. Ramainya pengunjung sudah terlihat sejak lokasi ini dibangun dan belum jadi, tetapi sudah banyak masyarakat yang mempertanyakan kapan akan dibuka untuk umum.

“Alhamdulillah waktu pertama dibuka antusiasime warga sangat besar. Sehari bisa sampai 1.000 pengunjung. Kita kaget juga karena semua masih ala kadarnya pas pertama dibuka,” ujarnya.

Bagi pengunjung yang datang, fasilitas yang disediakan seperti perahu wisata untuk melihat mangrove, tempat belajar anak saung mangrove, kios untuk masyarakat berjualan, menara pandang 10 meter untuk melihat mangrove dan pantai, dan toilet. Khusus menara pandang itu merupakan bantuan dari Kementerian Kelautan Pusat.

Lokasi Wisata Mangrove Jembatan Pelangi paling mudah dijangkau dari perempatan Ciruas dengan mengambil jalan ke arah Pontang-Tirtayasa. Setelah sampai di perempatan Pontang, jaraknya hanya sekitar lima kilo meter dari sana. Wisata Mangrove Jembatan Pelangi sudah didaftarkan di Google Map sehingga akan memudahkan orang ketika akan mengunjunginya. (hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.
bisnisbanten.com