Info Travel

Siapa Bilang Cilowong Cuma Gudang Sampah, Ada Tugu Perjuangan Cijentul Loh di Sini

BISNISBANTEN.COM – Menyebut nama Cilowong, yang terbersit adalah tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) bukan? Pemberitaan Cilowong akhir-akhir lagi marak tentang masyarakat Kelurahan Cilowong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang yang siap pasang badan untuk menghentikan seluruh truk sampah dari Pemkot Tangsel yang akan menuju TPA Cilowong.

Namun belum banyak yang tahu kalau tak jauh dari TPSA Cilowong ada tugu perjuangan. Jika dari arah Serang, tugu ini ada di sebelah kanan. Tepat di samping tanjakan sekaligus belokan menukik di Cilowong. Ayo, saat berkendara kesana ada yang pernah melihat Tugu Pertempuran Cijentul ini?

Tugu yang menjadi salah satu bukti perjuangan rakyat Cijentul, Kota Serang, Banten ini berbentuk seperti peluru warna keemasan serta dilengkapi tumpuan berbentuk persegi empat. Untuk menuju tugu itu diharuskan melalui sembilan anak tangga.

Advertisement

Pada tugu itu tertulis “Di sinilah rakyat bersama-sama dengan pasukan macan loreng dari TNI-A, pertempuran penghadangan gerakan pasukan tentara kerajaan Belanda pada 28 Desember 1948.” Seperti pada keterangan tertulis di tugu ini, tujuan dibangun yakni sebagai simbol untuk mengenang perjuangan masyarakat Serang, dan pasukan Macan Loreng TNI Angkatan Darat ketika melawan penjajah pada 28 Desember 1948.

Pertempuran itu dikenal dengan pertempuran Cijentul, lokasi pertempurannya di tengah hutan di dekat tugu berdiri.

Tugu tersebut dibangun atas gagasan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) pada 20 Mei tahun 1976. Tugu ini dibuat untuk memperingati pertempuran Cijentul pada 1945-1952 dan mengenang para pahlawan yang gugur dalam pertempuran.

Advertisement

Pada 1948 Belanda mulai memasuki Serang dengan Agresi Militer II, saat itu mulai menginvasi ke daerah Serang dan Pandeglang. Menurut pelaku sejarah bernama Dul Jamil (94), bentuk peluru dalam tugu yaitu peluru asli. Peluru itu diperoleh dari rampasan senjata Jepang.

Sampai saat ini masih terdapat daerah bernama Desa Simin, Jangan dan Cibetung bagian dari desa tertua yang masih ada di sekitar tugu itu.

Dul menceritakan, saat ia melemparkan peluru itu ke pasukan rombongan Belanda pelurunya tidak berfungsi saat dilemparkan. Peluru tersebut akhirnya diabadikan dalam bentuk tugu.

Nah seperri itu riwayat Tugu Cijentul, tugu yang kerap diabaikan jika melintas di jalan Cilowong yang menjadi jalur alternatif menuju kawasan wisata Anyer. Tertarik singgah? Hati-hati, di sini tidak ada tempat perkir. (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.
bisnisbanten.com