
BISNISBANTEN.COM – Siapa sangka Roti Gulacir yang sudah ada selama 80 tahun masih eksis sampai sekarang.
Roti Gulacir hadir di masa penjajahan pemberontakan petani Banten pada 1888 atau lebih dikenal dengan Geger Cilegon. Ini merupakan sajian kue untuk para pejuang geger Cilegon pada saat itu.
Lulu Ratna Suwasti merupakan generasi ke 3 Pemilik Roti Gulacir yang beralamat di Kampung Gulacir, Desa Sukabares, Kecamatan Waringinkurung.
Nama Roti Gulacir berasal dari nama Kampung Gulacir. Ini karena proses produksi roti ini di kampung Gulacir. Konon Gulacir dikenal dengan kampung religius.
Cara pembuatan Roti Gulacir ini juga sederhana namun membutuhkan waktu yang lama. Proses menguleni adonan dibutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga 1 jam.
Uniknya roti ini dibuat secara tradisional dengan tungku dan kayu bakar dengan bahan sederhana tanpa pengawet dan telur, Tapi mampu bertahan hingga dua mingguan bahkan lebih dari itu.
Bahan yang digunakan untuk Roti Gulacir ini yaitu tepung terigu, gula putih, dan gula merah, dioven dengan kayu bakar membuat aromanya lebih harum dan kuat.
Untuk produksi Roti Gulacir ini dalam seminggu empat kali yaitu hari Minggu, Senin, Rabu, dan Jumat. Selain hari itu libur.
Roti ini dapat dibeli atau didapatkan langsung datang ke rumah, dititipkan ke warung dan setiap Selasa dan Sabtu di Pasar Waringinkurung.
Dengan harga terjangkau Rp6.500 dan varian rasa gula putih, gula merah, dan original, roti ini sudah bisa dinikmati.
Lulu juga mengatakan, roti ini juga sudah sampai didistribusikan keluar kota loh.
Wah, wajib coba nih roti khas Waringinkurung. Roti harus dilestarikan. Selain rasanya enak, teksturnya lembut, juga harum. Cocok disantap bersama kopi. (Ismi)