Menyepi dan Mencari Ketenangan di Rumah Hutan Cidampit, Marilah Kemari
BISNISBANTEN.COM – Himpitan masalah, rutinitas pekerjaan yang tak kunjung usai, dan seabrek alasan lain membuat seseorang membutuhkan ketenangan. Nah, mungkin tempat ini yang dibutuhkan untuk menyepi, Rumah Hutan Cidampit.
Seperti namanya, rumah dengan pekarangan luas ini berada di tengah hutan. Butuh ekstra upaya. Jalanan terjal dan licin saat hujan, turun naik, dan menyeberangi sungai kecil. Tapi efektif dan menjadi terapi beberapa orang yang membutuhkan ketenangan.
Berada di Kampung Cidampit, Desa Bojong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, tempat ini memiliki luas 6.000 meter persegi. Di sini terdapat rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Ada juga saung-saung berbentuk panggung, perpustakaan, kandang unggas, lumbung padi, lapangan bulu tangkis, dan sebagainya.
Sebelum sampai ke lokasi, pengunjung harus berjalan kaki mulai dari tempat parkir kendaraan. Untuk rute, dari Alun-alun Kota Serang atau pertigaan Kepandean menuju Jalan Raya Taktakan. Patokannya adalah TPA Cilowong. Dari sini tidak jauh, nanti ada belokan ke kiri, masuk ke belokan tersebut.
Dari belokan tersebut terus lurus saja ikuti jalan, sampai ada perkampungan. Patokannya adalah ada plang bertuliskan “Parkir Rumah Hutan”. Di situlah kendaraan diparkirkan untuk kemudian berjalan kaki ke lokasi.
Jalan setapak tidak beraspal adalah akses menuju Rumah Hutan. Ikuti terus sampai bertemu aliran air sungai. Di sini ada sumur timba. Dari sini lurus lagi dan sampailah di Rumah Hutan.
Memasuki kawasan Rumah Hutan, ada beberap plang yang memperingatkan pengunjung agar pulang sebelum hari gelap atau sebelum magrib. Hutan ini sepi dan tanpa penerang jadi lebih baik pulang di saat matahari belum terbenam ya.
Rumah Hutan memang memiliki sensasi berbeda. Jika malam tiba, pengunjung tidak menemukan gemerlap lampu seperti di kota-kota, melainkan sinar alami dari kunang-kunang yang beterbangan di sekitar lokasi.
Rumah Hutan ini semula dibangun untuk kebutuhan pemilik pribadi dan tidak diperuntukkan umum. Seiring berjalannya waktu dan menyebarnya informasi destinasi ini ke masyarakat luas, pengelola pun memperbolehkan pengunjung umum masuk tanpa dipungut biaya sepeser pun alias gratis. Pengelola hanya meminta pengunjung menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan.
Pemilik Rumah Hutan Cidampit tidak lain adalah Liem Oei Ping, lelaki asal Sulawesi Tengah yang merantau ke Kota Serang pada 1962. Ia bercita-cita menjadikan hutan di Banten sebagai ‘surga’. Oleh karena itu, ia membeli lahan Rumah Hutan Cidampit pada 2005 dan membangunnya pada 2015.
Koh Iping, panggilan sang pemilik Rumah Hutan Cidampit, mengajak beberapa warga untuk menatanya. Pohon-pohon yang tidak perlu dibabat sehingga beberapa pohon durian tampak indah seperti bonsai raksasa. Semak-semaknya juga dibabat dan ditanami rumput. Setiap sebulan sekali dia datang ke surganya ini.
Bagi Koh Iping, hutan adalah anugerah terindah dari Sang Mahakuasa. Koh Iping menawarkan beberapa warga untuk menjaga “surga” miliknya. Bahkan, dia memberinya gaji rutin per bulan.
“Mereka kaget. Tinggal di hutan bukanlah tradisi mereka? Padahal, saya menawarkan sistem hak milikí. Mereka saya berdayakan dan saya beri penghargaan dengan cara memiliki setiap tanaman yang mereka tanam,” ungkapnya pada sebuah wawancara.
Untung ada sebuah keluarga yang menerima tawarannya. Baginya, jika mau menghuni hutan, itu sama dengan melestarikan hutan pemberian Tuhan. Setelah dua tahun berlalu, pohon-pohon yang ditanam seperti pisang dan nangka pun berbuah.
Koh Iping membelinya jika sedang berkunjung untuk dibawa pulang ke kota. Bahkan, setiap apa yang dimakan dan diminumnya, dia membayarnya.
“Dengan begitu, kita menghargai setiap jerih payah kita. Terpenting lagi, kita menghargai pemberian Tuhan,” imbuhnya.
Daerah di kawasan Rumah Hutan ini sangat sejuk dan nyaman. Tertarik ikut merasakan kesejukannya? (Hilal)