Ibu di Mata CEO dezain.in Setiawan Chogah: Amak adalah Sumber Inspirasi dan Energi Saya

Ibu di Mata CEO dezain.in Setiawan Chogah: Amak adalah Sumber Inspirasi dan Energi Saya
bisnisbanten.com – Momentum Hari Ibu yang jatuh setiap 22 Desember tentunya memiliki makna mendalam bagi setiap orang, termasuk bagi CEO dezain.in Setiawan Chogah.
Pria yang menggeluti bisnis jasa digital marketing ini mengaku, sosok ibu baginya adalah sumber inspirasi dan energi dalam berkarya.
“Tentunya dalam setiap titik pencapaian saya ada peran doa Amak. Walau tidak diucapkan secara langsung, saya tahu Amak selalu berdoa untuk kami anak-anaknya,” ujar pria yang juga mendirikan dezain institute ini saat dihubungi bisnisbanten.com, Selasa (22/12/2020).
Di mata Chogah, perjuangan sang ibu untuk pendidikannya bersama adik-adiknya sungguh sesuatu yang luar biasa.
“Kebetulan Amak dan Abak berpisah saat saya 17 tahun. Kami semua ikut Amak. Sehari-hari, Amak buka warung, kadang ngajaga sampai pukul 12 malam karena di kampung kan orang-orang hiburannya hanya ke warung. Dari sanalah kami makan dan sekolah. Alhamdulillah, sekarang dua orang anak Amak sudah sarjana. Saya menjadi sarjana pertama di keluarga besar kami. Ini semua bisa terjadi tentunya dari dorongan dan doa Amak,” lanjutnya bercerita.
Mesti tidak lulus Sekolah Dasar dan pernah menjadi PRT, sang ibu paham bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari keterpurukan hidup yang pernah menimpa keluarga ini. Tahun 2005 adalah masa-masa sulit yang harus dilalui oleh Chogah dan keluarganya.
“Tahun itu saya lulus SMP, Amak dan Abak bercerai. Kondisi ekonomi keluarga hancur. Saya masih ingat, di tahun itu saya dan Amak pernah menggali kunyit di depan rumah dan membungkusnya pakai daun kunyit juga untuk dijual di pasar, tapi gak satu bungkus pun yang laku. Saya menangis, dan saya gak tahu hari itu kami tetap bisa makan. Mungkin Amak berutang ke tetangga,” kenang Chogah dengan mata berpendar.
Momen itu menjadi titik balik bagi Chogah. Ia bertekad akan berjuang keras untuk bisa sekolah, kuliah, dan bekerja untuk mengangkat derajat keluarganya.
“Saya bulatkan tekad bahwa saya harus berjuang lebih keras. Momentum kunyit gak laku itu sungguh meninggalkan bekas di ingatan saya. Saya sangat dendam dengan kemiskinan. Saya harus bisa membuat Amak hidup senang suatu hari nanti,”tutur Chogah mengenang masa sulitnya.
Perjuangan sang ibu menjadi bahan bakar bagi Chogah dalam menjalankan bisnisnya. “Kalau saya lagi malas, saya selalu ingat perjuangan Amak dulu. Biasanya langsung semangat lagi. Saya masih punya utang janji sama Amak. Alhamdulillah, kini Amak udah bisa bolak-balik dari kampung ke Serang berkumpul dengan kami yang semuanya sekolah dan kerja di Banten. Saya ingin Amak berangkat umrah. Doakan ya,” pungkas Chogah. [SUSI]