Info Travel

Danau Biru Cibanten, Sudah Ada Sejak Zaman Kesultanan, Tempat Healing dengan Beragam Legenda

BISNISBANTEN.COM – Pernah dengar atau berkunjung ke Danau Biru Cibanten? Destinasi wisata di Kampung Masigit, Desa Sukabares, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, Banten ini menyuguhkan kolam pemandian dan keindahan alam yang masih asri.

Tempat ini cocok untuk menghilangkan penat usai mengerjakan aktivitas sehari-hari. Airnya yang berwarna biru dan dingin, udara yang sangat sejuk dan terhindar dari asap polusi menjadi nilai tambah. Recommended bagi yang sedang melakukan healing.

Kolam ini memiliki kedalaman sampai 8 meter, untuk di samping-sampingnya kedalaman sungai ini hanya 1 sampai 2 meter. Dengan kedalaman ini banyak yang mandi dan berenang. Di sudut lain, anak-anak jungkir balik dan melompat dari atas jembatan meluncur ke dalam kolam.

Advertisement

Pemandian ini memiliki sejarah dan menjadi keramat leluhur bagi masyarakat sekitar. Konon kolam ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten.

Cibanten memiliki banyak versi legenda cerita. Antara lain misteri pada zaman Sangkuriang. Yakni ada sosok seseorang yang dikenal dengan nama Nyi Mas Gamparan. Masyarakat percaya keberadaan tujuh sumur yang dibuat Nyi Mas Gamparan.

Cerita ini dipaparkan babarkan H Darwis, juru kunci Cibanten pada sebuah wawancara. Dahulu kala Nyi Mas Gamparan mencari air untuk pengobatan seorang sahabatnya. Air tersebut diberikan oleh seseorang yang berilmu tinggi dan dipercaya, orang itu adalah para wali.

Setelah bertemu dan mendapat air itu oleh seseorang kakek, air itu diberikan dan ditumpahkan pada tampahan kedua tangan Nyi Mas Gamparan. Saat Nyi Mas Gamparan membawa air itu, tumpahlah setetes demi setetes ke permukaan dan dari tumpahan air itu jadilah sebuah sumur.

Advertisement

Sumur pertama yaitu Cibanten. Sumur selanjutnya adalah Cigewok, Talaga, Cirampones, Ciwasiat, Curug nangka, dan terakhir Sumur Tujuh di puncak Gunung Karang). Ketujuh sumur ini konon berada di wilayah wilayah Gunung Karang meliputi Ciomas dan Pandeglang.

Cibanten ini sumber air yang paling utama dan terdekat di sekitar lingkungan masyarakat Pabuaran dan Ciomas. Air sungai dari Cibanten mengalir sampai ke Karangantu, Banten Lama dan dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber pertanian.

Asal mula diberi nama Cibanten konon pada masa Kesultanan Banten sangat sulit mencari sumber air yang dapat mengairi sebagian besar daerah Banten. Hingga akhirnya ditemukanlah sumber air ini yang kemudian diberi nama Cibanten.

Airnya tidak pernah surut sepanjang tahun meskipun pada musim kemarau. Masyarakat Ciomas memanfaatkan Cibanten untuk keperluan sehari-hari ketika musim kemarau. Konon aliran air Cibanten tidak boleh digunakan untuk keperluan industri lantaran masyarakat mempercayai jika digunakan akan mendatangkan musibah karena Cibanten merupakan situ keramat. Air di Cibanten mengandung kadar besi dan berwarna biru kehijau-hijauan dan tidak dapat dimanfaatkan sebagai air minum.

Cerita lain dipaparkan Ustaz Uming dari Gunung Sumbul, cucu dari Empu yang berasal dari Ciomas. Disebutkan, pada masa Kesultanan Banten, saat Kerajaan Cirebon menghadapi peperangan dengan Kerajaan Majapahit, Sultan Cirebon yakni Syarif Hidayatulloh berpikir membuat senjata. Pada saat itulah ia memilih membuat senjata di Banten.

Setelah gambar senjata yang dibuat Sultan Cirebon jadi, Sultan bergegas menyuruh pengawal mengirim ke Banten dan memberikan amanah kepada Empu Syekh Sepuh wali jaya di Desa Ciomas. Saat utusan ini sampai, sang Empu mengatakan, senjata itu bisa diambil setelah tujuh hari tujuh malam. Pengawal ini pun kembali ke Cirebon.

Pada hari terakhir pembuatan senjata, Sang Empu mencuci senjata itu ke tujuh sumur termasuk sumur Cibanten. Senjata yang dimaksud adalah golok Ciomas.

Pada saat ini, tempat ini tetap terjaga dan menjadi sumber kehidupan sehari–hari masyarakat. Selain digunakan penduduk untuk mandi dan kebutuhan lain, pengunjung berdatangan dari berbagai penjuru luar daerah untuk berziarah ke makam keramat yakni Kibuyut Puser Sakti Negara atau biasa disebut Ki Daham. Konon makam ini adalah seseorang yang bertapa untuk berilmu dan menjaga sumur ini. Versi lain menyebutkan, ia adalah yang pahlawan ketika zaman penjajahan. Dan pada akhirnya meninggal di tempat itu.

Tempat ini sudah menjadi tempat wisata yang banyak didatangi bahkan sejak 1978. Nah itu lah Cibanten dan segala kisahnya. Tertarik datang ke tempat ini? (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.
bisnisbanten.com