Panic Buying, Warga Amerika Borong Beras
BISNISBANTEN.COM – Panic buying, penimbunan, dan lonjakan harga melanda Amerika Serikat.
Peristiwa ini menyusul larangan India terhadap ekspor beras putih non-Basmati.
Dilansir dari New Delhi Television, larangan yang diumumkan minggu lalu, telah mengirimkan gelombang kejutan ke pasar global, karena India adalah pengekspor beras utama.
Warga Amerika Serikat ramai-ramai panic buying atau panik belanja usai India melarang ekspor beras putih.
Menurut laporan video WION, panic buying terjadi di kalangan warga India yang tinggal di Negeri Paman Sam.
“Pelarangan ekspor menyebabkan panic di antara warga India di AS,” demikian laporan WION, Kamis (27/7/2023).
Sebagian orang menimbun beras Sona Masoori, varian yang disukai komunitas Telugu dan Tamil yang berasal dari India selatan. Alasannya, mereka khawatir akan kekurangan.
Penjual eceran di sana akhirnya menanggapi dengan mendongkrak harga dan membatasi penjualan beras.
Termasuk batas pembelian dan persyaratan untuk membelanjakan jumlah tertentu untuk barang kebutuhan sehari-hari lainnya.
Beberapa toko di Amerika Serikat, memasang harga untuk satu karung beras seberat 20 pon atau sekitar 9 kg dari salah satu varian beras yang terkena dampak telah melonjak dari $16 atau Rp241.210 menjadi hampir $50 atau Rp753.780 dalam kurs saat ini. Secara keseluruhan, rata-rata harga beras melonjak mencapai 11 persen.
India Bazaar, salah satu toko pengecer khusus dengan 10 lokasi di daerah Dallas-Fort Worth, Texas, memasang tanda yang mengharuskan pelanggan untuk membelanjakan $35 atau Rp527.646 barang lain jika ingin membeli sekantong beras non-basmati, menurut foto yang di-posting The Daily Mail.
Sejumlah foto dan video panic buying beredar di media sosial. Dalam salah satu rekaman tampak antrean mengular di salah satu toko yang menjual bahan makanan India di AS, Patel Brothers.
Dalam video yang lain, ada yang sampai memanjat rak demi mendapat beras yang cukup untuk dirinya.
Menghadapi panik belanja itu, di rak sampai-sampai ada pemberitahuan berisi “Hanya boleh beli satu beras per satu keluarga.”
Fenomena panic buying di AS muncul usai pemerintah India mengubah kebijakan ekspor dan memutuskan beras non-basmati sebagai barang yang masuk daftar dilarang ekspor.
Video dan laporan yang beredar di media sosial selama akhir pekan menunjukkan orang India-Amerika berdiri dalam antrean panjang untuk mendapatkan beras di Texas, Michigan, New Jersey Alabama, Ohio, Illinois, dan California.
Dalam salah satu video yang dibagikan di Twitter, warga India non-residen terlihat mengambil beberapa karung beras ke dalam keranjang belanja mereka.
Beberapa lainnya mengantre dengan membawa beberapa stok beras putih ekspor India.
“Setelah melarang ekspor beras dari India, orang India di AS membeli beras dalam karung,” bunyi keterangan video dramatis tersebut yang dikutip dari republicworld.com
Dalam rekaman lain, sekelompok pembeli di sebuah department store terlihat bergelantungan dari rak yang penuh dengan kantong beras untuk ditimbun di stok.
India adalah pengekspor beras dunia terkemuka, mengirimkan hampir 40 persen dari total permintaan dunia ke lebih dari 140 negara. Kebijakan India untuk menghentikan kenaikan ekspor ini menjadi penyebab utama melonjaknya harga domestik dan kekhawatiran tentang kekurangan selama hasil panen berikutnya.
Pemerintah India, dalam rilisnya yang dilansir dari republicworld.com mengatakan, harga beras dalam negeri telah meningkat sebesar 11,5 persen selama setahun terakhir dan 3 persen selama sebulan terakhir di tengah hujan lebat dan situasi banjir di beberapa negara bagian.
Kementerian Urusan Konsumen India mengungkapkan, pemerintahnya telah memutuskan untuk mengubah kebijakan ekspor untuk memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang memadai di pasar India dan untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik.
Menurut laporan, jumlah warga India di AS mencapai 4,9 juta pada 2019.
“Saya mengunjungi hampir 10 lebih toko. Saya mulai mencari sekantong Sona Masoori [sejenis beras] pada pukul 09.00 pagi dan sampai jam 16.00 tak berhasil,” ujar salah satu warga India-Amerika dari Washington DC, seperti dikutip The Independent.
“Akhirnya saya bisa mendapat sekantong beras dengan harga tiga kali lipat dari biasanya,” imbuhnya.
Dana Moneter Internasional (IMF) menilai langkah itu justru bisa meningkatkan inflasi harga makanan. (Hilal)