HMNS Parfum: Dominasi Pembayaran Digital Wisatawan Malaysia, QRIS Cross Border dan Wise Jadi Pilihan Utama

BISNISBANTEN.COM– Merek parfum lokal kebanggaan Indonesia, HMNS Parfum, berhasil mencatatkan transaksi signifikan dari wisatawan Malaysia, dengan gerai mereka di Grand Indonesia (GI) menjadi primadona.
Amron Naibaho, Co-Founder & COO Made For HMNS Parfum, mengungkapkan bahwa transaksi dari pengunjung Malaysia di gerai GI saja dapat menembus angka lebih dari Rp1 miliar per bulan, belum termasuk kontribusi dari gerai di Bali dan Medan yang juga populer di kalangan wisatawan Negeri Jiran.
Sebelumnya, HMNS telah menyediakan opsi pembayaran melalui BCA, termasuk fitur QRIS Cross Borde r (Antarnegara). Namun, belakangan ini, QRIS Cross Border dan Wise (sebelumnya TransferWise) mendominasi transaksi dari wisatawan Malaysia. Wise sendiri menawarkan kemudahan pembayaran melalui koneksi NFC dan Mastercard, cukup dengan “tap” pada perangkat.
“Saat orang Malaysia bertanya bisa bayar pakai apa, saya tawarkan dua opsi: kartu kredit atau QRIS Cross Border. Namun, belakangan ini, penggunaan QRIS Cross Border dan Wise mendominasi. Transaksi dari wisatawan Malaysia menggunakan salah satu dari dua metode ini,” jelas Amron.
Fenomena menarik lainnya adalah kebiasaan belanja wisatawan Malaysia yang sangat mengandalkan perangkat seluler. Amron mencatat bahwa 90 persen dari mereka cenderung memotret produk yang akan dibeli dan mengirimkannya kepada keluarga untuk memilih varian parfum.
“Bahkan, lebih dari 20 persen melakukan “jastip” (jasa titip) dengan siaran langsung untuk menunjukkan varian yang tersedia dan menerima pesanan dengan transfer pembayaran,” ujar Amron.
“Dengan itu sangat makes sense mereka tidak menggunakan dompet sama sekali, karena mereka pakai HP, mereka sangat prepare bayar sesuatu pakai HP,” imbuh Amron, menjelaskan mengapa opsi pembayaran berbasis handphone seperti QRIS Cross Border dan Wise sangat diminati.
Meskipun demikian, terdapat tantangan. Hanya sekitar 30-40 persen transaksi yang menggunakan QRIS Cross Border. Amron menyebutkan beberapa kendala, termasuk masalah teknis pada QRIS itu sendiri dan adanya promo menarik yang ditawarkan oleh Wise.
Menanggapi hal ini, Amron berharap adanya dorongan lebih lanjut dari Bank Indonesia (BI) untuk mewajibkan penggunaan QRIS Cross Border. “Mungkin mumpung ada BI di sini, mungkin ke depannya kita bisa paksa nih mereka semua untuk menggunakan QRIS, tapi mungkin ya kita harus menawarkan apa namanya promo atau apalah yang bisa kita tawarkan,” usulnya.
Ia optimistis bahwa sinergi antara HMNS, BCA, dan BI dapat menciptakan skema pembayaran yang lebih menarik.
Potensi pasar wisatawan Malaysia memang sangat besar. Amron mengilustrasikan dengan kebiasaan belanja mereka di Jakarta.
“Orang Malaysia ke Indonesia itu sudah ada tipikalnya, terutama ke Jakarta. Jadi mereka itu bakal main ke PIK, makan di Pagi Sore, belanja HMNS, beli baju di Thamrin,” katanya.
“Rata-rata transaksi wisatawan Malaysia di HMNS mencapai Rp1 juta, bahkan ada yang mencapai Rp30 juta melalui sistem jastip,” imbuhnya.
Amron menekankan pentingnya sinergi antara brand, pemerintah, BI, dan bank untuk mendorong semua transaksi ini menggunakan QRIS Cross Border.
“Potensinya sangat besar,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa wisatawan Malaysia cenderung lebih suka menggunakan QRIS karena itu adalah pembayaran debit dari dana yang mereka miliki, dibandingkan Wise yang hitungannya kartu kredit. “Mereka merasa itu risikonya lebih rendah, enggak perlu ngutang,” terangnya.
“Sangat menarik sebenarnya kalau di sini kita kembangin dan kita make sure semua yang orang Malaysia transaksi di Indonesia kan kita sudah tahu nih pos-posnya, kita paksa aja semua pakai QRIS gitu kan jadi sangat membantu sebenarnya dari sisi kita,” tutup Amron, optimis terhadap potensi peningkatan transaksi digital lintas negara. (siska)