Banten24

Banten Sudah 21 Tahun Nih, Belum Tahu Sejarahnya? Baca Ini!

BISNISBANTEN.COM – Pada 4 Oktober 2021 ini, Provinsi Banten genap berusia 21 tahun. Untuk mengetahui seperti apa keberadaan dan sejarahnya, mari simak ulasan ini.

Dijelaskan di Bantenprov.go.id, Provinsi Banten dibentuk berdasarkan UU No. 23 Tahun 2000 tertanggal 17 Oktober tahun 2000. Kalaupun puncak perayaan terjadi pada 4 Oktober 2000 itu karena puluhan ribu masyarakat Banten datang ke Gedung DPR RI di Senayan Jakarta tepatnya saat Sidang Paripurna DPR untuk pengesahan RUU Provinsi Banten.

Nah dari sinilah, masyarakat Banten akhirnya sepakat kalau 4 Oktober 2000 dijadikan sebagai hari jadi Provinsi Banten. Dan Gubernur pertama Banten adalah H.D. Munandar dan H Ratu Atut Chosiyah, SE sebagai Wakil Gubernur. Banten pun resmi menjadi provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Advertisement

Sebagai provinsi di ujung Pulau Jawa, Banten sudah dikenal secara meluas sampai mancanegara bahkan sejak abad ke-14 (1330 M). Pada abad 16-17, di bawah kekuasaan Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten menjadi salah satu kota perdagangan rempah-rempah di kawasan Asia Tenggara dan dikenal sebagai pusat kerajaan Islam serta pusat perdagangan nusantara.

Pada masa inilah Banten menjadi tempat persinggahan para pedagang dari berbagai belahan dunia, sekaligus menjadi pusat pertukaran dan persentuhan kebudayaan.
Setelah masa kesultanan, Banten pernah menjadi keresidenan sebagai bagian dari wilayah Jawa Barat.

Pembentukan Banten sebagai provinsi antara lain bertujuan meningkatkan penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan guna menjamin perkembangan dan kemajuan di masa yang akan datang. Tujuan lainnya yakni untuk mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Saat ini, Banten dikenal sebagai salah satu kawasan andalan nasional di Indonesia dengan sektor andalan industri dan pariwisata. Kedua sektor ini tersebar di Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon. Banten dikenal dengan keberadaan pabrik baja yakni Krakatau Steel yang didirikan sejak 1966 di Kota Cilegon. Ini sebagai cikal bakal tumbuhnya industri-industri baru dan berkembangnya pelabuhan di Banten.

Advertisement

Berbagai potensi yang dimiliki Banten ini menopang kemajuan perekonomian daerah, sehingga secara nasional Banten tergolong sebagai wilayah cepat tumbuh. Guna mendorong memacu perkembangan wilayah dan mengakselerasi pertumbuhan industri di Banten, beberapa pembangunan telah diprogramkan dengan skala nasional dan internasional. Sebut saja pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara, pembangunan Jembatan Selat Sunda (Jawa-Sumatera), pengembangan Jaringan Jalan Cincin (ring road) pantai utara-selatan Banten, peningkatan jalan tol dan jalan kereta api (double track), perluasan bandara Soekarno-Hatta, pembangunan supply air baku waduk karian, peningkatan kapasitas power plant, jaringan kilang gas dan storage BBM, pengembangan kawasan ekonomi khusus dan cluster industri petro kimia.

Pengembangan infrastruktur ini diharapkan menjadikan Banten sebagai tujuan utama investasi di Indonesia yang berdaya saing yang tinggi.

Sejarah
Banten atau pada masa lalu dikenal dengan nama Bantam, daerah dengan kota pelabuhan sangat ramai yang masyarakatnya terbuka dan makmur.

Banten pada abad ke-5 adalah bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Ini dibuktikan pada salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara yakni Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti yang baru ditemukan pada 1947 ini berisi dua baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti mengagungkan keberanian Raja Purnawarman.

Setelah keruntuhan Kerajaan Tarumanagara yang menurut beberapa sejarawan akibat serangan Kerajaan Sriwijaya, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Ci Sarayu dan Ci Pamali dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oTome Pires, penjelajah Portugis pada 1513, Bantam menjadi salah satu pelabuhan penting Kerajaan Sunda. Bantam ini salah satu pelabuhan kerajaan selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Kalapa, dan Cimanuk.

Bermula dari penguasaan Kota Pelabuhan Banten yang dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun pada 1527, Maulana Hasanuddin mendirikan Kesultanan Banten di daerah bekas Banten Girang. Pada 1579, Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan Pakuan Pajajaran, ibu kota atau pakuan (berasal dari kata pakuwuan) Kerajaan Sunda.

Dengan begitu pemerintahan di Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Ini ditandai perampasan Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk saat raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu mengharuskan demikian.

Alasannya, dengan dirampasnya Palangka ini, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Selain itu dengan memiliki Palangka ini, Maulana Yusuf mengklaim sebagai penerus kekuasaan Kerajaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja. Di sisi lain para Kandaga Lante dari Kerajaan Pajajaran secara resmi menyerahkan seluruh atribut dan perangkat kerajaan beserta abdi kepada Kerajaan Sumedang Larang untuk meneruskan kelanjutan Kerajaan Sunda atau Pajajaran yang merupakan trah Siliwangi.

Penghancuran Pajajaran ini membuat Banten mewarisi wilayah Lampung dari Kerajaan Sunda. Kejadian ini termaktub pada buku The Sultanate of Banten karya Claude Guillot.

J. de Barros menuliskan, setelah menjadi pusat Kesultanan Banten, Bantam menjelma sebagai pelabuhan besar di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota Bantam yang terletak di pertengahan pesisir sebuah teluk, memiliki lebar sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam lebih panjang.

Melalui tengah-tengah kota terdapat sungai yang jernih, kapal jenis jung dan gale bisa melintas. Sepanjang pinggiran kota ada anak sungai yang tidak seberapa lebar namun bisa dilalui perahu-perahu kecil. Pada pinggiran kota terdapat benteng berdinding bata dengan lebar tujuh telapak tangan.

Bangunan-bangunan pertahanan Bantam terbuat dari kayu, terdiri dari dua tingkat dan dipersenjatai senjata yang baik. Di tengah kota ada alun-alun untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat, juga sebagai pasar di pagi hari. Istana raja berada di bagian selatan alun-alun. Di sampingnya berdiri bangunan datar yang ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah barat alun-alun didirikan masjid agung.

Pada awal abad ke-17 Masehi, Bantam menjadi salah satu pusat perniagaan penting dalam jalur perdagangan internasional di Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonomian masyarakat.

Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi, dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan yaitu Bantam Regentschappen dalam Provincie West Java di samping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Preanger (Priangan), dan Cirebon.

Demikianlah tentang Banten. Semoga di hari ulang tahun ke-21 semakin berkembang dan menyejahterakan rakyatnya. Selamat ulang tahun Banten. Sukses selalu! (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.