
BISNISBANTEN.COM – Pada Laporan Perekonomian Provinsi Banten Periode November 2021 dan Persiapan Menyambut Natal dan Tahun Baru 2022 di Taklimat Media, bukan hanya Erwin Soeriadimaja, Kepala Perwakilan BI Banten yang memaparkan pertumbuhan ekonomi Banten. Hadir pula petinggi BI Banten lain.
Antara lain, Gunawan, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Banten. Ia memaparkan perekonomian Indonesia yang sangat terbuka. Selain dipengaruhi domestik juga dipengaruhi faktor global. Pergerakan isu global bisa berpengaruh baik sektor ekspor impor juga aliran modal masuk.
Membaiknya perekonomian Banten saat ini, bisa dilihat melalui indikator aset pertumbuhan yoy sebesar 7,75 persen. Diakui Gunawan, hingga Oktober 2021 agak sedikit melambat yakni sekira 4,6 persen. Sementara kredit perbankan tercatat 5,9 persen dengan dana pihak ketiga (DPK) 9,99 persen.
Kredit sektoral Banten pada triwulan III di 2021 didominasi industri manufaktur mencakup tiga industri besar di bidang kimia, baja, dan alas kaki.
“Salah satu sektor tumpuan di masa krisis pandemi adalah sektor UMKM. Kreditnya alhamdulilah menunjukkan tercatat 4,35 persen yoy,” kata Gunawan.
Gunawan menyebut, terlihat perbaikan bukan hanya skala besar tapi juga UMKM. Ke depan di 2022, perbankan dan keuangan akan tetap aman.
“Banten masih diuntungkan penutupan pabrik sepatu di Myanmar dan Vietnam.
Kebijakan Cina menghapus baja murah tidak lagi mendapatkan insentif di negaranya, membuat baja Cina dipasarkan dengan harga riil dan bisa bersaing di pasar internasional. Produk baja Indonesia dikenal baik kualitasnya. Baja Cina sudah berkurang peredarannya di Indonesia,” terang Gunawan.
Sementara Erry P. Suryanto, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Banten memaparkan perbankan dan sistem pembayaran. Menurutnya, BI Banten menyiapkan Rp13,8 triliun untuk sistem pembayaran digital, dan sudah terealisasi 89 persen.
Khusus Natal dan tahun baru (nataru) disiapkan Rp2,24 triliun dan 36 persen sudah terealisasi.
“Kecenderungan perbankan akan melakukan penarikan cukup besar pada minggu ketiga,” kata Erry.
Erry menambahkan, dari 2018 menunjukkan tren cukup meningkat. Ini sejalan digitalisasi yang sangat didorong.
Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) jadi program unggulan BI Banten. QRIS adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR code dari Bank Indonesia agar proses transaksi dengan QR code menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.
Dalam merealisasikan implementasi QRIS ini sudah didukung 874.871 merchant. Jumlah ini per Desember 2021 meningkat 79 persen. Jumlah tertinggi keberadaan merchant ini ada di Tangerang Raya, hampir 51 persen. Ini kata Erry, terkait infrastruktur dan behaviour juga mindset.
Utk memperluas akseptasi QRIS, BI Banten berkordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk digitalisasi pasar. Banten jadi salah satu pilot project nasional dalam penerapan QRIS, tepatnya berada di Pasar Bintaro Mas, Tangerang Selatan.
“Kami juga serang garap Pasar Baru Kranggot Cilegon untuk penerapan QRIS ini.
Syarat penerapan, minimal 50 persen pedagangnya memiliki toko resmi bukan lapak. Kalau untuk mal, yang dipilih adalah Mall of Serang. Diharapkan menular ke pasar lain utk diakuisisi secara cepat,” kata Erry.
Berbagai hal yang dihadapi penerapan QRIS ini, tidak semua QRIS yang dipasang, aktif. Namun tahun ini dimulai strategi komunikasi kepada masyarakat untuk edukasi dan sosialisasi.
Sugeng Siswanto, Kepala Tim Sistem Pembayaran PUR MI lebih memaparkan tentang perkembangan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA). Jika pada awal 2021 ada 51 KUPVA, saat ini tersisa 44 KUPVA.
Pengurangan KUPVA ini terkait perpanjangan usaha setiap lima tahun sekali dan penerapan regulasi baru. Dalam rangka menguatkan sektor KUPVA ini ada ketentuan baru terkait permodalan dan kepengurusan yang lebih profesional. (Hilal)