Anak Beranjak Pubertas, Orang Tua Perlu Perhatikan Hal Penting Ini

BISNISBANTEN.COM — Setiap anak akan melalui fase pubertas, dimana anak akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikologisnya. Secara fisik, anak mengalami perubahan postur atau suara, sementara psikologis anak akan mengalami gejolak emosi. Tidak heran jika kemudian usia pubertas disebut dengan ababil.
Menghadapi anak yang memasuki fase pubertas, orang tua perlu memperhatikan dan mempersiapkan “bekal” agar anak bisa melalui fase ini dengan sebagaimana mestinya. Psikolog Keluarga, Elly Risman, dalam podcast di kanal YouTube Nikita Willy Official mengatakan, puber adalah perubahan di banyak aspek seperti tubuh, pikiran, dan perasaan.
“Dalam agama Islam, istilah puber ini disebut baligh artinya sampai ke kedewasaannya. Bukan lagi anak-anak, sama seperti orang tua, sama-sama dewasa,” ujar Elly di podcast Mom’s Corner Nikita Willy.
Menurutnya, sekarang ini banyak anak yang mengalami pubertas dini, yaitu usia 9 dan 10 tahun. Hal ini disebabkan oleh faktor makanan dan rangsangan paparan gadget.
“Berapa banyak orang tua sekarang yang memberikan gadget sejak kecil? Tanpa disadari hal ini memicu percepatan kerja hormonal. Hormon progesteron pada perempuan dan testosterone pada laki-laki bekerja lebih cepat daripada sebelumnya, maka gizi dan rangsangan yang buruk ini dapat memicu mani dan darah menstruasi lebih cepat,” paparnya.
Menyikapi fenomena ini, Elly Risman berpesan agar orang tua bisa belajar mempersiapkan anak memasuki usia pubertas.
1. Bekali Ilmu Agama
Agama merupakan pedoman hidup manusia, Elly mengatakan, “Bukan benar secara budaya, melainkan harus benar secara agama,” menurutnya, agama merupakan rujukan utama yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia. Ia menuturkan, dalam agama Islam dijelaskan ayat pertama yang berkaitan dengan baligh adalah menjaga pandangan dan menjaga kemaluan. Hal ini terdapat pada Q.S An-Nur:30, yang artinya:
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang mereka perbuat. (QS An-Nur: 30)
“Lalu bagaimana bisa kita biarkan mengalir saja fase pubertas ini? Sedangkan kalau anak baligh artinya menjadi mukallaf, berlaku hukum, karena sudah dewasa. Sebagai anak mutlak diajarkan apa maknanya secara hukum, konsekwensinya apa, akibatnya apa, harus melakukan apa?” papar wanita yang akrab disapa Bunda Elly ini. Menurutnya, tidak heran jika banyak anak yang terlibat pacaran dan pornografi, karena minim bekal pemahaman agama.
2. Pentingnya Peran Ayah
Di Indonesia ini, umumnya anak laki-laki hanya disiapkan sebagai pencari nafkah, bukan sebagai suami, sebagai ayah, dan sebagai menantu. Tidak heran jika saat ini Indonesia menjadi fatherless country, karena minimnya peran seorang ayah di keluarga.
“Pubertas baik anak laki-laki atau perempuan yang bertanggung jawab mendampingi ya ayah. Pembelajaran pertama bagi anak ya dari rumah, ada figur yang akan jadi tauladan anak,” ujar Elly.
“Tantangan dan beban orang tua sekarang memang mengenalkan soal pubertas pada anak, orang tua harus siap menghadapi sejuta pertanyaan anak,” lanjutnya. Untuk itu orang tua perlu punya prinsip yang dilandasi ilmu dalam mendampingi anak-anak.
3. Perhatikan 3P
Mendampingi anak yang mengalami fase pubertas memang tidak mudah, bisa terjadi perdebatan dengan orang tua dan lain sebagainya. Untuk itu, Elly Risman mengatakan orang tua perlu memperhatikan 3P, yakni perasaan, pikiran, dan perbuatan.
“Perasaan merupakan hal penting bagi manusia. Sebab perasaan itu mengalir, kebanyakan orang Indonesia menidakkan perasaan, ah gitu aja marah, gitu aja sedih dan lain sebagainya. Padahal, perasaan itu perlu diterima. Jika perasaan anak diterima, maka ia menganggap seluruh dirinya diterima,”papar psikolog kondang ini. Jika sudah memahami perasaan, menurutnya akan lebih mudah dalam mengarahkan pikiran dan perbuatan anak. (Zahara)