Kuliner

Tidak Semua Outlet Jamu Jual Anggur dan Obat Kuat Loh, Lalu Apa yang Mereka Jual?

BISNISBANTEN.COM – Entah sejak kapan imej depot atau outlet jamu identik dengan menjual miras atau obat kuat. Padahal, meskipun umumnya buka sore sampai dini hari, banyak jamu kesehatan yang bisa didapat di sini..

Sudah menjadi rahasia umum kalau manfaat jamu bagi kesehatan sudah sangat dipercaya masyarakat Indonesia. Bukan cuma sebagai minuman kesehatan, jamu digunakan sejak dahulu kala sebagai ramuan obat tradisional khas Indonesia. Sekitar 2.518 jenis tumbuhan dari berbagai wilayah Indonesia diolah sebagai bahan jamu untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit.

Meski pada saat ini keberadaan jamu sebagai pelengkap pengobatan medis yang harus dilakukan di bawah pengawasan dokter, jamu tetap memiliki peminat karena dianggap lebih murah dan tanpa efek samping. Belakangan ini, muncul tudingan bahwa jamu berbahaya bagi ginjal. Namun, ahli herbal menyatakan jamu tidak berbahaya untuk ginjal asalkan tahu syaratnya.

Advertisement

Seperti halnya di Kota Serang, pedagang jamu di Jalan Matraman hingga Jatinegara, Jakarta pun biasa membuka layanan pada malam hari. Di sama bahkan tak malu-malu lagi menjual aneka obat kuat lokal maupun impor, juga produk lainnya. Mulai dari viagra dari Amerika jug Black Ant asal Tiongkok pun ada.

Meski begitu, di Jakarta pun ada kedai yang mengemas toko jamu menjadi lebih modern. Dua warung jamu di Jakarta menunjukkan bagaimana tetap menghidupkan kebiasaan minum jamu dengan mengajarkannya pada konsumen baru.

Salah satunya ada di Jakarta Pusat, tepatnya di Jalan Salemba Tengah. Kedai Jamu Bukti Mentjos yang berdiri sejak 1950-an menawarkan hampir 60 jenis jamu untuk macam-macam masalah kesehatan. Sekitar pukul 19.00 WIB, kedai ini sudah ramai pengunjung, baik laki-laki maupun perempuan dari usia pertengahan 20-50-an tahun. Mereka duduk mengelilingi meja bar yang mengelilingi kedai yang bisa mencapai 50-an orang.

Kedai ini terhitung ramai karena pengunjung setelah selesai minum jamu dan pergi, kemudian kursi itu langsung cepat diisi orang lain. Kendaraan roda dua dan empat datang silih berganti di area parkiran yang cukup menampung 4-5 mobil dan 10 motor. Kedai jamu ini ramai dan hidup.

Advertisement

Pengunjung di tempat ini berasal dari berbagai kelas sosial. Bukan hanya karyawan yang baru pulang kerja, pria bersarung dan berpeci yang baru pulang dari masjid, atau yang santai dengan sandal jepit lusuh. Ada juga orangtua yang datang bersama anak-anak kecil.

Pare pengunjung biasanya memilih jamu yang dibutuhkan dari menu, lalu pelayan toko akan meracik dan menyajikan dengan jahe untuk mengurangi pahit.

Di masa pandemi, keberadaan kedai jamu sangat membantu. Antara lain untuk menambah imunitas tubuh. Ini juga yang menjadikan kedai Jamu Cap Potret Nyonya Meneer di Jalan Raya Gongseng, Pasar Rebo, Jakarta Timur milik Edo (30), pria asal Padang, Sumatera Barat terus bertahan.

Di Kota Serang, kedai jamu bertebaran dan bisa ditemukan di sudut-sudut kota. Kedai Jamu Herbal Gujati 59 salah satunya. Kedai di Lopang, Kota Serang yang buka mulai pukul 17.00-01.00 WIB ini menulis secara terang-terangan di depan toko, tidak menjual anggur dan miras.

Kedai ini tidak hanya menjual beras kencur dan sejenisnya, tapi juga menyediakan jamu untuk beragam penyakit seperti Wantong untuk penyakit rematik. Jika membeli jamu dalam bentuk sachet Rp4 ribu. Jamu bisa diseduh di rumah. Namun jika ingin menikmatinya di kedai, bisa diracik. Kedai ini menyiapkan kursi dan tisu.

Bagaimana? Apakah ada kedai jamu yang masih menjual anggur atau miras dan membuat imej kedai jamu lain menjadi tercoreng? (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.