Banten24

Pemkab Serang Dorong Pemdes Alokasikan Anggaran Untuk Penanggulangan AIDS, TBC, dan Malaria

BISNISBANTEN.COM- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Asosiasi Dinkes menggelar Pertemuan Penguatan Forum Kemitraan Untuk Pencegahan dan Pengendalian AIDS dan TBC Malaria (PP ATM) di Kabupaten Serang, Banten di Aula Tb Suwandi Pemkab Serang, Senin (3/11/2025). Pemkab Serang mendorong Pemerintag Desa (Pemdes) untuk mengalokasikan anggaran dari Alokasi Dana Desa (ADD) untuk percepatan penanggulangan penyakit TBC, HIV AIDS, dan Malaria.

Pertemuan Forum Kemitraan dibuka Asisten Daerah (Asda) 3 Pemkab Serang Bidang Administrasi Umum Ida Nuraida. Pertemuan dengan ratusan Kepala Desa (Kades) se-Kabupaten Serang itu juga menghadirkan narasumber kompeten dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa serta Pendamping Desa.

Usai pertemuan, Ida mengatakan, pihaknya sudah mendapat intruksi dari pemerintah pusat agar membentuk tim Pemanggulangan ATM atau AIDS, TBC, dan Malaria, dimana saat ini Indonesia masuk peringkat ke-2 kasus TBC tertinggi di level internasional atau di bawah negara India, sehingga Presiden memandang perlu untuk memberantas TBC dengan membentuk tim mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten. Oleh karena itu, kata Ida, pihaknya mengundang seluruh Kades untuk dapat mengalokasikan anggaran 20 persen dari ADD untuk mempercepat penanggulangan tiga penyakit tersebut.

Advertisement

Pihaknya juga, sambung Ida, membantun tim lintas sektor, mulai dari Dinkes, Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida), DPMD, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), hingga Dinas Sosial (Dinsos) untuk menanggulangi penyakit AIDS, TBC, dan Malaria di Kabupaten Serang.

“Kita masih ada yang paling penting, yaitu kita cepat menemukan berapa jumlah penderita di tingkat desa (penyakit ATM-red) untuk cepat kita tangani. Kan kalau kita tidak membentuk tim tidak ada data awal kita bergerak,” terang mantan Staf Ahli Bupati Serang ini.

Seperti, kata Ida, misalnya kasus di Desa Kragilan yang tinggal di-treatment. Untuk penganggaran ADD, tambah Ida, sudah terbagi dua kelompok, dimana tahap pertama sudah ada 118 Desa yang mengalokasikan ADD untuk penanganan penyakit ATM.

“Nah, sisanya ini kita sosialisasi biar mereka mengalokasikan di 2026 perubahan. Tugas Tim itu nanti yang menemukenali, mencatat, melaporkan, dan mengkoordinasikan dengan unit terdekat yaitu PKM,” tandas mantan Camat Ciruas ini.

Advertisement

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kabupaten Serang dr Istianah Hariyanti menambahkan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terduga TBC mencapai 92 persen dari yang ditargetkan. Namun, diakui pejabat yang akrab disapa dr Isti ini, untuk penemuan kasus baru mencakup 4.898 kasus dari target 7.612 atau masih di angka 66 persen dari target 95 persen tahun ini.

“Kenapa kita masih belum menemukan kasus, karena tadi, masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran dia ada gejala dan tanda-tanda untuk berobat atau memeriksakan dirinya ke Puskesmas,” ujarnya.

Di samping itu, lanjut Isti, pihaknya saat ini sedang mencari penemuan kasus secara aktif maupun pasif atau sedang jalan melakukan skrining di perusahaan, pondok pesantren hingga kontak atau ke tempat yang diduga beresiko terjadinya TBC, termasuk pihaknya melakukan investigasi kotak, dimana ketika ada satu kasus di lingkungan tersebut, maka pihaknya memeriksa semuanya.

“Misalnya contoh kayak kemarin kita menemukan satu kasus TBC positif di sekolah langsung kita skrining di sekolah itu, apakah ada juga penderita TBC lain di situ. Misalkan ada atau ada kontak serumah, tetapi dia tidak menderita TBC, maka kita memberikan TPT (Teraphy Pencegahan TBC),” terangnya.

Untuk percepatan penuntasan penyakit TBC, pihaknya langsung memberikan obat atau TPT ketika seseorang ada kontak dengan penderita TBC agar tidak berkembang jadi penyakit, karena sudah ada kuman di tubuhnya. Saat ini, ditegaskan Isti, pihaknya intens memberikan TPT dan disinyalir belum banyak masyarakat yang mengetahui hal tersebut.

“Kadang ada yang merasa ‘sehat kok diobatin? Nah, karena dia kontak dengan penderita TBC, maka dia beresiko menderita TBC. Sebelum dia sakit, nah kita berikan TPT itu,” jelasnya.

Diungkapkan Isti, pihaknya menargetkan 9.000 orang yang harus diberikan TPT tahun ini, dimana saat ini baru tercapai 27 persen. Isti juga menyebarkan jika penderita TBC banyak ditemukan di wilayah kecamatan yang penduduknya paling banyak, seperti di Kramatwatu. Kata Isti, penyebab TBC di antaranya kuman yang namanya Mikro Bakteri TBC yang penularannya melalui droplet atau cipratan dari dahak atau batuk atau bersin yang ada kumannya.

“Jadi TBC itu sebenarnya seperti Covid, jadi penularannya sangat cepat, tapi dia infeksinya kronis. Kalau Covid kan sehari dua hari langsung sakit, kalau TBC proses terjadinya sakit bisa dalam waktu lama,” terangnya.

Adapun tanda-tanda penderita TBC, disebutkan Isti ada enam gejala utama, antara lain batuk atau batuk berdahak lebih dari dua minggu untuk TBC paru, gejala lain seperti nyeri dada atau sesak nafas, ada demam berkepanjangan atau sering demam meriang tanpa sebab yang jelas, ada keringat pada malam hari tanpa aktivitas fisik, serta penurunan berat badan yang signifikan.

Untuk itu, Isti berharap, semua penduduk Kabupaten Serang yang merasa mempunyai gejala agar segera memeriksakan diri ke Puskesmas yang dipastikan semuanya gratis karena ditanggung pemerintah. Dari pemeriksaan, kata Isti? Nanti diambil spesimen dahaknya untuk diperiksa menggunakan alat canggih TCM atau kayak tes untuk Covid yang sudah bisa ditentukan apakah ada infeksi kumannya atau tidak, kemudian jenis kumannya yang sensitif obat atau resisten obat.

Untuk yang CSO atau sensitif obat, kata Isti, minimal setiap hari harus minum obat selama 6 bulan dengan 4 macam regimen. Sedangkan yang resisten lebih berat, karena dia sudah tidak bisa pake obat biasa atau obatnya ada tujuh macam regimen, dimana pengobatannya bisa sampai 2 tahun. Tapi, kata Isti, saat ini sudah ada regimen baru atau cukup dengan 6 bulan saja pengobatan.

“yang jelas TBC bisa disembuhkan, jangan malu jangan atau rendah hati kalau punya gejala TBC, segeradatang ke fasilitas kesehatan ke Puskesmas untuk bisa segera dilakukan skrining,” imbaunya.

Saat ini juga, tambah Isti, pihaknya sedang aktif melakukan Cek Kesehatan Gratis (CKG), salah satunya skrining TBC. Pihaknya juga sudah membentuk Tim Percepatan Penanggulangan TBC dan HIV AIDS (TP2 TBC) yang tugasnya melakukan Koordinasi dan Sinergi melibatkan semua OPD, semua elemen masyarakat, lintas sektor yang berkolaborasi bersama untuk percepatan penanggulangan TBC sesuai tupoksi masing-masing.

“Jadi, hari ini kegiatan kita juga didanai Asosiasi Dinkes,” tandasnya.

“Untuk malaria kita temukan 1 kasus di Ciruas penularan dari Papua. Untuk HIV AIDS tahun ini ditemukan 133 kasus, terbanyak di Kramatwatu 12 kasus,” imbuhnya. (Nizar)

Advertisement

Nizar Solihin

Hobi musik, olahraga, dan traveling. Berjiwa solidaritas, pekerja keras, totalitas dan loyalitas tanpa batas. Motto 'Selalu Optimis'. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2013
bisnisbanten.com