Jangan Keliru! Ini Perbedaan Diare dan Disentri

BISNISBANTEN.COM — Banyak orang sering menganggap disentri dan diare sebagai penyakit yang sama karena keduanya sama-sama ditandai dengan buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya. Padahal, keduanya berbeda baik dari segi penyebab, gejala, hingga cara penanganannya. Mengetahui perbedaan ini penting agar penanganan bisa lebih tepat.
1. Penyebab
Diare biasanya disebabkan oleh infeksi virus (seperti rotavirus), bakteri, parasit, atau karena alergi makanan, intoleransi laktosa, serta konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sedangkan disentri umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella atau parasit Entamoeba histolytica. Infeksi ini menyerang usus besar dan menyebabkan peradangan serius.
2. Gejala
Diare ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali sehari, sering disertai kram perut, mual, muntah, dan dehidrasi. Sedangkan disentri memiliki gejala lebih berat, seperti buang air besar bercampur darah atau lendir, nyeri perut hebat, demam, serta rasa ingin terus buang air meski sudah kosong (tenesmus).
3. Tingkat Keparahan
Diare umumnya lebih ringan dan bisa sembuh dengan perawatan mandiri seperti minum banyak cairan dan istirahat. Namun, diare berat tetap berbahaya jika menyebabkan dehidrasi. Sedangkan disentri tergolong lebih berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kerusakan usus, infeksi menyebar, hingga dehidrasi parah.
4. Penularan
Diare dapat menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus/bakteri, namun tidak selalu menular dari orang ke orang. Sedangkan disentri lebih mudah menular, terutama melalui kontak langsung dengan penderita, sanitasi buruk, serta air yang terkontaminasi kotoran manusia.
5. Penanganan
Diare biasanya bisa diatasi dengan oralit, banyak minum cairan, dan menjaga pola makan. Jika disebabkan oleh bakteri tertentu, bisa diberikan antibiotik. Sedangkan disentri memerlukan penanganan medis lebih serius, biasanya dengan antibiotik atau obat antiparasit sesuai penyebabnya, serta pengawasan ketat untuk mencegah komplikasi.
(Sarah)