BISNISBANTEN.COM – Dalam rangka menjaga kerukunan antar umat beragama, Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Banten menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2023 di The Royale Krakatau Hotel Convention Hall, Senin (20/3/2023). Kanwil Kemenag pun mengimbau agar tidak menjadikan sarana ibadah sebagai tempat kampanye politik.
Rakernas juga dirangkaikan dengan penandatanganan Prasasti Surat Berharga Syariah Negara untuk memperkuat komitmen bangsa mewujudkan kerukunan antar umat beragama Untuk Indonesia Hebat 2023. Acara dihadiri Staf Khusus Kemenag Republika Indonesia Abdul Rachman dan Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Banten Nanang Fathcurohman.
Nanang mengatakan, diselenggarakannya Rakernas Lintas Agama sebagai bentuk komitmen Kemenag merawat kebhinekaan sebagai anugerah terbesar bagi Indonesia, serta mewujudkan kerukunan beragama agar bisa hidup berdampingan di Provinsi Banten.
Pihaknya juga melakukan doa kerukunan yang dihadiri tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat. Rakernas juga, menurut Nanang, menunjukkan kepada dunia bahwa masyarakat Banten hidup rukun dan damai.
“Ini tidak berlebihan, karena Banten memang sudah sejak dahulu kala sudah bisa hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain,” ujar Nanang.
Nanang juga mengajak para tokoh agama dan semua elemen bangsa agar bersama-sama menjaga kerukunan antar umat beragama, terlebih menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Nanang pun mengajak para tokoh lintas agama agar bahu membahu menjaga kondusivitas bersama-sama.
“Jangan menjadikan rumah ibadah sebagai tempat kampanye politik praktis dan identitas,” imbaunya.
Di tempat yang sama, Staf Khusus Kemenag Republika Indonesia Abdul Rachman mengharapkan agar kerukunan umat beragama di Banten terjalin baik, terutama menghadapi tahun politik yang sangat rentan dengan mempolitisasi agama di rumah ibadah.
“Untuk menjaga kondusivitas dalam beragama di Banten dibutuhkan komitmen para tokoh lintas agama, sehingga toleransi antar umat agama bisa terjalin, serta menghindari ujaran kebencian yang berimbas pada intoleransi,” katanya. (dik/zai)
