Forum Diskusi Ekonomi, BI Paparkan Fakta Pangan di Banten
BISNISBANTEN.COM — Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Erwin Soeriadimadja memaparkan beberapa fakta mengenai pangan di Banten. Ini disampaikan dalam Forum Diskusi Ekonomi Ketiga yang berlangsung secara virtual pada Kamis (8/10). Acara ini mengusung tema Mendorong Stabilitas Pangan Ketahanan Pangan Provinsi Banten di Masa Pandemi Covid-19.
Ia mengungkapkan, bahwa dengan melihat perbandingan antara jumlah lahan dan penduduk, kemudian irigasinya yang merupakan faktor penting pendukung pertanian masihlah minim. Jika dilihat perbandingan Provinsi Banten dengan provinsi lain di Jawa, rasio jumlah lahan atau jumlah penduduk hanya 0,01 dan ini sangat rendah dibandingkan Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Padahal Provinsi Banten cukup luas areanya. BI mendorong untuk terus mendalami bagaimana meningkatkan produktivitas pertanian agar dapat memberikan output yang sustain,” katanya.
Menurutnya, di tengah pandemi ini, dimana anggaran menjadi terbatas, kita perlu mengalokasikan anggaran yang tepat dengan langkah intensifikasi pertanian misalkan percepatan tanam kembali, penggunaan teknologi atau teknik optimalisasi hasil pertanian. Selain ini, ekstensifikasi pertanian dengan pemanfaatan lahan lebih luas mengurangi lahan tidur.
“Selain itu, adanya satgas khusus pertanian di Provinsi Banten untuk mengantisipasi dan merespon penguatan pangan,” katanya.
Fakta kedua yakni kelembagaan petani sebagai motor penggerak produktivitas pertanian di Banten. Rasio petani dibandingkan jumlah penduduk masih rendah dibandingkan Jateng dan Jatim. Ini juga dilihat dari pendidikannya relatif masih lebih rendah dibandingkan daerah lain di Provinsi Jawa. Ini harus diwaspadak mengingat sustainabilitas pangan akan sangat tergantung pada petani itu sendiri.
“Dari sini, memang perlu dilakukan upaya membangun kapabilitas petani, mendorong generasi baru untuk cinta terhadap pertanian. Mendorong petani untuk mengajak putranya dan generasi muda di lingkungan terdekatnya untuk bercocok tanam,” katanya.
Fakta lainnya yakni seberapa jauh peran perbankan mendukung pendanaan untuk pertanian. Tampak bahwa perkembangan kredit perbankan ke sektor pertanian dalam trennya yang turun pada triwulan I dan triwulan II pada 2020.
“Kemudian sedikit meningkat pada Juli dan Agustus. Total kredit perbankan ke sektor pertanian tercatat Rp1,58 triliun atau terkontraksi 33,13 persen di Agustus 2020.
Data lainnya yakni sebagian komoditas neraca pertanian masih defisit. Bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai merah, minyak goreng, dan gula pasir merupakan komoditas yang defisit per tahunnya sehingga memiliki volatitas tinggi. Sedikit saja pasokan atas komoditas ini terganggu maka dampaknya cukup dalam terhadap kenaikan harga. “Sementara itu, beras, daging sapi, ayam dan telor sudah surplus. Meskipun surplus beberapa harus diperhatikan antara lain data survei distribusi komoditas pertanian dan importasi,” katanya.
Selain itu, data kelima menyebutkan indeks ketahanan pangan di Banten masih berada di urutan ke-11 tahun. Ini menjadi good predictor untuk melihat seberapa resilien ketahanan pangan di Banten.
Forum diskusi ini menghadirkan beberapa pembicara antara lain Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Erwin Soeriadimadja, Deputi Bidang Kordinator Pangan dan Agrobisnis Kementerian Kordinator Perekonomian RI Musdhalifah Machmud, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin, dan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid, dan moderator Ketua Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Agung Tirtayasa Fitria Riany Eris. (susi)