BI Banten Terus Dukung Ekonomi Hijau Berkelanjutan

BISNISBANTEN.COM — Kantor Perwakilan Indonesia Provinsi Banten bersama ISEI Cabang Provinsi Banten menggelar seminar ekonomi yang berlangsung di Audotorium Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Untirta di Sindangheula, Pabuaran, Kabupaten Serang, Senin (27/6).
Seminar ekonomi ini mengusung tema Encouraging Investment on Green Industry and Implementation of Local Currency Settlement (LCS) for Sustainable Economic Growth. Acara ini dihadiri oleh Penjabat Gubernur Provinsi Banten Al Muktabar, Kepala Perwakilan BI Banten Imaduddin Sahabat, Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam (SDA) Kementerian Investasi/BKPM Ratih Purbasari Kania, Sekretaris Jendral INAPLAS Fajar Budiono, Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Akhmadi, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Banten H.E.R Taufik, Sekretariat Korporat PT Tempo Inti Media TBK sekaligus Pengurus ISEI Pusat Tomi Aryanto, Pemimpin Wilayah BNI Wilayah 14 Provinsi Banten Eko Setyo Nugroho, Deputi Direktur Bank Indonesia Romi Peranginangin.
Kepala Perwakilan BI Banten Imaduddin Sahabat mengungkapkan, seminar ini merupakan sinergi antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, Pemerintah Provinsi Banten dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Provinsi Banten. Tema yang diangkat yakni “Accelerating investment on Green Industry and implementation of Local Currency Settlement (LCS) for Sustainable Economic Growth”.
“Seminar ini diselenggarakan dalam rangka mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) serta side event presidensi Indonesia di G20, selain itu kami mengharapkan seminar ini sebagai salah satu upaya membangkitkan perekonomian hijau di Provinsi Banten dan Nasional,” katanya.
Dalam sambutanya, ia juga memaparkan mengenai perekonomian global yang masih terus diwarnai dengan meningkatnya inflasi di tengah pertumbuhan yang diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Saat ini, masih berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, yang disertai dengan pengenaan sanksi yang lebih luas dan kebijakan zero Covid-19 di Tiongkok, menahan perbaikan gangguan rantai pasokan.
“Ini menyebabkan terjadinya gangguan suplai tersebut disertai dengan meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan oleh berbagai negara. Kondisi ini mendorong tingginya harga komoditas global yang berdampak pada peningkatan tekanan inflasi global. “Kebijakan proteksionisme pangan bertujuan untuk mengamankan pasokan dalam negeri (food security), di tengah pasokan pangan global yang ketat,” katanya.
Meskipun ekonomi dunia bergejolak, perekonomian nasional diprakirakan terus melanjutkan perbaikan seiring dengan peningkatan permintaan domestik di tengah tetap positifnya kinerja ekspor. Perkembangan tersebut tercermin dari berbagai indikator dini pada Mei 2022 yang menunjukkan berlanjutnya perbaikan permintaan domestik seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan ekspansi PMI Manufaktur, seiring peningkatan mobilitas & pembiayaan dari perbankan, Kinerja ekspor, dan kinerja beberapa sektor utama yakni Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Konstruksi yang terus membaik.
Ia menjelaskan, saat ini, sektor Industri pengolahan masih menjadi backbone pertumbuhan ekonomi nasional maupun Banten. Industri pengolahan masih identic dengan excess negative berupa industri yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Sebagai kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berkomitmen untuk mencapai target nol emisi pada 2060 atau paling cepat sekitar 2040.
“Upaya Indonesia sejalan dengan komitmen internasional untuk menjadikan ekonomi bertumbuh dengan tetap memperhatikan kelangsungan lingkungan, sebagaimana salah satu tema KTT G20 Green Economy, Green Financing, dan Sustainable Investment,” katanya.
Ia menjelaskan, sesuai dengan tema Presidency Indonesia pada G20, Recover Together, Recover Stronger, Sustainable Energy Transition menjadi salah satu isu prioritas yang di angkat pada masa presidensi saat ini.
“Pada seminar ini membahas mengenai accelerating investment in green industry dan manfaat penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bagi industri dan perbankan.
Ia berharap, dengan dilaksanakannya kegiatan seminar pada pagi hari ini dapat meningkatkan semangat pengembangan industri dan investasi hijau di Provinsi Banten serta meningkatkan awareness dan pemahaman dalam rangka perluasan pemanfaatan LCS bagi pelaku usaha ekpor-impor dan perbankan.
“Kami mengharapkan, jalinan sinergi dan kolaborasi yang telah terbangun dengan baik antara berbagai pihak sampai detik ini dapat terus diperkuat ke depan, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas terutama bagi peningkatan ekonomi hijau di Provinsi Banten,” harapnya.
Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan memaksilkan lahan yang tidak digunakan. Apalagi saat ini terjadi krisis pangan dan energi yang mengakibatkan sejumlah negara kekurangan pasokan dan mengalami bangkrut. Untuk itu, beberapa negara konsisten terhadap skema agro yang berkelanjutan.
“Saat ini, Indonesia memiliki dua sektor unggulan yakni batubara dan minyak goreng. Kedua produk ini menjadi unggulan dan banyak diminati oleh berbagai negara. Di Indonesia potensinya cukup banyak,” katanya. (susi)