Berziarah ke Makam Maulana Yusuf, Sultan Kedua yang Membangun Perekonomian Banten lebih Berkembang
BISNISBANTEN.COM – Banten Lama bukan hanya tentang berziarah ke makam Maulana Hasanudin Banten, mengunjungi Banten Spelwijck, Benteng Surosowan, Keraton Kaibon, atau Vihara Avalokitesvara.
Semua itu sudah pernah diulas di Bisnisbanten.com. Banten Lama juga tentang berziarah ke makam Maulana Yusuf. Meski berada tak jauh dari jalan raya, tempat satu ini kerap luput dari jangkauan wisatawan yang bertandang ke Banten Lama.
Sultan Maulana Yusuf adalah putera Sultan Maulana Hasanudin. Ia adalah sultan kedua yang mahsyur pada masanya.
Lokasi makam Sultan Maulana Yusuf tidak jauh dari makam Sultan Maulana Hasanudin. Kedua makam ini masih dalam kecamatan yang sama, yaitu Kasemen, Kota Serang.
Berada di Kelurahan Margaluyu, Makam Sultan Maulana Yusuf berjarak sekitar sembilan kilometer dari Pintu Tol Serang Timur.
Kawasan makam Maulana Yusuf memiliki lahan sekitar satu hektar. Di sini bukan hanya terdapat makam sultan saja. Namun ada banyak dengan jumlah tidak tercatat.
Makam di sini ada dalam dua tempat berbeda, di dalam ruangan dan di pekarangan.
Ada tujuh makam utama di ruangan, yang terdiri dari Sultan Maulana Yusuf, istrinya Nyi Ratu Saripah Mahfatin serta anak-anaknya, Pangeran Upapati, Jodi Ing Pati, dan Jaya Ing Pati. Ada juga, kakaknya Sultan, Pangeran Jepara dan istrinya, Nyi Ratu Sekar Pandan.
Tempat ini juga kerap didatangi orang-orang yang bukan sekadar berziarah bahkan bertirakat untuk maksud tertentu. Kadang hingga 100 hari.
Tempat ini pernah didatangi Sandiaga Uno pada 6 Januari 2019 lalu. Sandiaga menyanjung Sultan Maulana Yusuf yang berhasil mengembangkan ekonomi Banten tanpa melupakan tugas menyebarluaskan agama Islam.
Ia berpendapat, makam Sultan Maulana Yusuf ini bisa menjadi pusat wisata religi di Banten. Namun, perlu perbaikan dari beberapa aspek salah satunya akses transportasi.
Secara histori, Sepeninggal Maulana Hasanuddin, Maulana Yusuf memegang tampuk kepemimpinan Kesultanan Banten. Ia dikenal sebagai penakluk kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran pada 1579 dalam upaya ekspansi kekuasaan dan penyebaran Islam.
Ekspansi kekuasaan oleh Maulana Yusuf bahkan masuk ke pedalaman Sunda. Ia dibantu Cirebon hingga kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran benar-benar runtuh dan dikuasai oleh Banten.
Ia juga berperan dalam membangun Banten dengan membuat benteng, kanal, perkampungan dan bendungan.
Maulana Yusuf selanjutnya menetapkan batas wilayah kekuasaan antara Banten dan Cirebon, yaitu Sungai Citarum dari muara sampai ke daerah pedalaman yakni Cianjur.
Ini tertulis dalam buku ‘Sejarah Banten: Membangun Tradisi dan Peradaban’ yang ditulis Nina Lubis dkk.
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf perkembangan pertanian sawah diperluas hingga ke Serang. Ia juga membuat irigasi, bendungan dan danau buatan yang disebut Tasikardi dengan memanfaatkan aliran sungai Cibanten.
Danau ini bahkan masih ada hingga sekarang meskipun sering kering saat kemarau. Di tengah-tengah danau ada sebuah pulau kecil disebut Kapuntren. Danau ini selain untuk pemenuhan kebutuhan air juga dijadikan tempat wisata oleh keluarga dari sultan.
Bagian bawah danau memiliki saluran pipa terbuat dari terakota dan dialirkan ke tempat pengendapan air yang disebut pangindelan abang dan pangindelan putih, pangindelan emas. Tempat ini berfungsi menyaring air menggunakan tekhnik pengendapan dan penyaringan dengan pasir dan ijuk.
Halwany Michrob dan A Mudjahid Chudori dalam ‘Catatan Masa Lalu Banten’, menggambarkan, semasa kepemimpinan Maulana Yusuf, Banten dianggap sebagai kota perdagangan pelabuhan. Di sini barang dagangan dari penjuru dunia digudangkan dan didistribusikan kembali ke berbagai belahan nusantara dan luar negeri.
Pedagang dari Tiongkok banyak membeli barang berupa lada, nila, kayu cendana, cengeh, hingga buah pala. Mereka membawa barang berupa porselen, sutra, beludru, benang emas dan aneka barang lain dari daratannya untuk dijual di Banten.
Ada juga pedagang dari Arab dan Persia yang menjual permata dan obat-obatan di pelabuhan. Dari Gujarat ada yang menjual kain dan kapas. Termasuk dari bangsa Portugis yang membawa kain-kain Eropa dan India.
Pemukiman khusus untuk pedagang asing pada masa ini sudah ditentukan. Kampung Pekojan untuk para pedagang Arab, Gujart, Mesir, dan Turki, yang terletat di sebelah barat Pasar Karangantu. Kampung Pecinaan untuk para pedagang Cina yang terletak di sebelah Masjid Agung Banten.
Maulana Yusuf meninggal pada 1580 dan dimakamkan di Kampung Kasunyatan. Ia dikenal dengan sebutan Pangeran Penembangan Pekalangan Gede atau Pangerang Pasarean.
Maulana Muhammad yang saat ayahnya meninggal masih berumur 9 tahun, menggantikan peran sebagai raja Kesultanan Banten. Ia dikenal dengan Prabu Seda ing Palembang karena meninggal dalam sebuah pertempuran di Palembang. (Hilal)