Kuliner

Warung Babadog, Perjalanan Panjang Bisnis Membiayai Anak Sampai Sarjana

BISNISBANTEN.COM – Menjadi pengusaha terkadang pilihan terakhir yang harus dilakoni seseorang. Alasan ini yang mendasari Warung Babadog Abah Udin dibuka.

Tepat pada 20 Januari 2022 Warung Babadog Abah Udin pun dibuka ada untuk mengikuti dunia perdagangan di Jakarta. Tepatnya di Jalan Pancawarga IV RT 09 RW 03 No. 08 Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Kota Jakarta Timur.

Menu yang disediakan yakni mi ayam, seblak, dan pempek yang diolah sendiri dengan bahan baku terjamin aman.

Advertisement

“Silakan mampir untuk mencicipi jajanan sehat dengan harga setiap porsinya Rp8.000 saja,” tukas Rere (26), anak pemilik Warung Babadog.

Alumni crew Zetizen Banten 2017 ini merupakan anak pertama dari Mahmudin (55) selaku pemilik warung. Ide nama Warung Babadog kata Rere, dari sang adik, Rizal (17).

“Penggunaan bahasa daerah itu suatu yang beda, jadi Warung Babadog Abah Udin,” ujar Rival, remaja berusia 17 tahun, anak pemilik warung.

Keterampilan berjualan merupakan jalan ninja banyak orang untuk menjadi sumber penghasilan lebih.

Advertisement

Usaha keluarga ini lanjut Rere, dimulai dari sang ibu, Hasanah (48) yang berniat membantu perekonomian suami.

Dengan keterampilan memasak yang dimiliki, dibarengi tekad besar, usaha ini dimunculkan agar mampu menyekolahkan sang anak hingga sarjana.

Usaha ini kata Rere, ditekuni sang ibu tanpa berkeluh kesah, bahkan selama 19 jam per hari.

“Perjalanan usaha ini sejak 2005 di Sekolah Dasar Cigadung 2 Pandeglang, di mana adik saya disekolahkan, dimulai berdagang buah potong di belakang kelas 1 hanya menyediakan satu termos es dengan ukuran 10 liter dan kursi duduk dari gudang sekolah,” tutur Rere.

Buah potong ini dibanderol seharga Rp500 per potong. Sejak modal Rp100.000 mendapat keuntungan 100% dari modal dan berlanjut makanan lainnya seperti cimol, bakso ikan, pempek, cireng, es kenyot, cilung, dan pastel.

Kemudian merambah ke semua jajanan yang sedang ramai pada masa itu. Usaha jajanan ini berlangsung cukup lama yakni 10 tahun.

“Namun, setiap usaha ada naik turunnya sehingga keluarga kami memutuskan untuk merantau di mana ibu saya berasal, yakni ibukota Jakarta. Keinginan berdagang dari ibu muncul karena target sangat dekat sekali dengan sekolah SMK,” terang Rere.

Meski begitu, kata Rere tetap saja perjalanan usaha ini hanya enam bulan. Setelah itu berhenti total.

“Di mana saat ini kami berniat untuk mengikuti era digital yang sedang marak digunakan, melalui platform aplikasi guna memenuhi pencapaian pendapatan,” tukas Rere. (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.