Lifestyle

Viral! Cinta Ditolak Remaja 16 Tahun Tewas, Psikolog : Orang Tua Harus Bangun Komunikasi Terbuka dengan Remaja

BISNISBANTEN.COM — Ramai di jagat maya pemberitaan tewasnya remaja 16 tahun di Lamongan, Jawa Timur, lantaran menolak cinta temannya (AI). Kasus ini terungkap setelah adanya penemuan jasad di warung kopi kosong. Jasad tersebut memiliki ciri-ciri yang mirip dengan laporan orang hilang, sehingga polisi melakukan identifikasi dan autopsi korban. Esoknya polisi menangkap AI, tersangka pembunuhan tersebut. Setelah dilakukan penyidikan, AI mengaku sakit hati sebab korban menolak cintanya.
Kejadian naas ini menjadi peringatan bagi semua orang tua terutama yang memiliki anak remaja. Menurut Psikolog Irma Gustiana, remaja sering menghadapi emosi yang sulit mereka kendalikan, termasuk rasa kecewa dan sakit hati. Dikutip dari konten edukasi yang diunggah di akun Instagramnya, Irma menyebutkan anak remaja memiliki perkembangan yang masih sangat terbatas.

“Kendali emosi anak remaja masih sangat terbatas, perkembangan otak masih terbatas, kemampuan untuk mempertimbangkan banyak hal terbatas, fungsi eksekutif terbatas,” ujar Irma.
Akibatnya, dengan segala keterbatasan tersebut anak remaja cenderung melakukan hal-hal yang spontan. “Penolakan biasanya berhubungan dengan harga diri. Jika harga dirinya terluka, maka akan muncul spontanitasnya,” lanjutnya.

Founder Ruang Tumbuh ini juga mengingatkan, orang tua harus membangun komunikasi yang terbuka dan mendukung anak-anak remaja belajar mengelola emosi. Banyak aspek yang menyebabkan anak remaja berani mengambil tindakan kriminalitas berat seperti kasus ini. Anak tidak diajarkan pengendalian diri yang sehat dan tidak diajarkan mengelola emosi dengan baik.

Advertisement

“Tugas orang dewasa membantu anak mengelola emosi, sering diskusi, memberikan edukasi tentang hukum dan pergaulan sosial. Bagaimana menghadapi penolakan sehingga tidak membuat hati mereka terluka,” papar Irma yang juga Trainer Mental Health and Mindfulness ini.

Selain itu, faktor lain yang bisa memicu anak melakukan kekerasan adalah adanya masalah psikologis yang tidak terdeteksi atau diabaikan. Bisa juga dipicu oleh exposure game atau media sosial yang berkaitan dengan kekerasan, sehingga anak akan menganggap bahwa melakukan kekerasan merupakan hal yang normal.

Advertisement
bisnisbanten.com