Tulisan di Media Massa Masih Banyak Melanggar Kaidah Bahasa?
BISNISBANTEN.COM – Pakar Bahasa Indonesia, Odien Rosidin, mengklaim penggunaan bahasa Indonesia pada sebagian besar media massa di Banten banyak melanggar kaidah. Baik media cetak atau online. Ia memerhatikan banyak tulisan yang tak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dosen Ilmu Bahasa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini mengaku sudah lama meneliti tulisan dan penggunaan bahasa di media massa baik nasional maupun daerah.
“Saya melihat bahwa dari sisi kebahasaan masih banyak hal yang harus ditingkatkan, seperti kapasitas kompetensi kebahasaan. Masih banyak kata-kata yang melanggar kaidah. Mungkin ini karena latar belakang pendidikan wartawan yang berbeda-beda. Tapi itu bukan masalah, karena bisa dipelajari sendiri,” ucap Odien pada acara penyuluhan penggunaan bahasa Indonesia bagi media massa yang digelar Kantor Bahasa Banten, 24-25 Oktober 2017.
Jika dilihat dari sisi kalimat, jelas Odien, secara logika, masih banyak kalimat yang menimbulkan penafsiran yang berbeda. Hal ini menurutnya mesti segera diperbaiki.
“Baik media cetak (koran) atau pun online itu sama saja saya lihat dari segi kebahasaan. Akan tetapi di online itu mungkin, karena ada kebiasaan untuk menyampaikan berita secara aktual, kemudian ada defisit dari wartawan terkait diksi-diksi kata yang kurang tepat untuk digunakan. Dan saya kira kemampuan kebahasaan wartawan harus ditingkatkan melalui acara-acara seperti ini, diberikan suntikan yang baik untuk wartawan,” papar Odien yang pernah ngajar bahasa Indonesia untuk penutur asing, di Deakin University, Geelong, Australia.
Mahasiswa S3 Ilmu Linguistik Universitas Padjadjaran ini mengungkapkan, media massa harus bertanggung jawab akan kompetensi kebahasaan wartawannya.
“Paling tidak di sebuah media itu kan ada pembinaan internal wartawan, jadi sebaiknya secara formal bisa memberikan pelatihan-pelatihan dengan mengundang narasumber atau memanfaatkan jejaring kerja sama dengan kantor bahasa, atau perguruan tinggi untuk meningkatkan kemampuan kebahasaan praktisi (wartawan),” tutupnya. (haris/red)