Tembus Sampai Mancanegara, Batu Fosil Ini Banyak Berada di Lebak Loh

BISNISBANTEN.COM – Kabupaten Lebak, Banten memiliki potensi ekonomi lain yang belum tentu dimiliki kabupaten dan kota lain. Di daerah ini banyak terdapat batu fosil yang memiliki nilai jual tinggi.
Batu fosil atau kayu fosil merupakan kayu berumur jutaan tahun dan bertransformasi mengeras seperti batu. Fosil yang terawetkan dalam lapisan-lapisan batuan dengan kondisi fisika dan kimia tertentu ini material fosil kayu umumnya sudah mengalami perubahan dari material organik menjadi bukan organik kecuali fosil kayu yang terdapat dalam batubara yang tersusun oleh karbon.
Banyak masyarakat yang memanfaatkan batu ini sebagai hiasan rumah. Namun sebelumnya, batu harus dikupas dan dibentuk terlebih dahulu. Di tangan pengrajin, batu fosil ini diolah dan dijadikan benda seni bernilai jutaan rupiah.
Batu fosil ini diolah menggunakan alat potong dan alat pemilah lain. Batu-batu yang dahulunya adalah batang pohon yang sudah tertanam jutaan tahun itu diambil di wilayah setempat.
Batu fosil ini pun akhirnya menjadi andalan warga Lebak untuk meraih penghasilan lebih di masa pandemi Covid-19. Untuk penjualan biasanya dilakukan secara online. Meski pandemi, penjualan batu fosil terbilang tetap lancar. Harga dimulai dari Rp200.000 hingga Rp10 juta tergantung tingkat kesulitan dan keunikan batu.
Batu fosil ini memiliki pangsa pasar mancanegara, bukan hanya diminati warga Asia seperti Jepang, Korea Selatan, bahkan tembus ke pasar Eropa seperti Jerman, Italia hingga Amerika Serikat. Untuk pasar di Asia Tenggara, biasanya untuk memenuhi permintaan Malaysia, Filipina, dan Singapura.
Produk kerajinan batu fosil permintaan pasar luar negeri umumnya berupa kursi, meja, asbak rokok, miniatur Banten, suvenir dan patung. Biasanya para buyer memesan batu fosil untuk keperluan hiasan dan koleksi. Ada juga yang memesan untuk keperluan perlengkapan hotel, seperti wastafel, lantai dan dinding.
Produk kerajinan batu seni asal Lebak itu memiliki keunikan dibandingkan dari bahan bambu maupun kayu-kayuan. Kabupaten terluas di Banten ini memiliki sentra perajin kayu fosil yang bisa jadi alternatif wisata.
Lokasi perajin batu sempur atau batu fosil bisa ditemukan dan tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lebak. Seperti Kecamatan Sajira, Rangkasbitung, Cimarga, Maja, Cipanas dan Curugbitung. Daerah-daerah tersebut sebagai sentra produk batu fosil karena bahan bakunya banyak ditemukan di hutan maupun sungai.
Namun jika dilihat dari sebarannya, batu fosil ini bisa ditemukan juga di beberapa kecamatan di bagian utara, seperti Rangkasbitung, Cimarga, Cibadak, Sajira, Curugbitung, Maja dan Cipanas. Di bagian barat ada di Kecamatan Gunung Kencana, Cijaku, Bojongmanik dan sekitarnya. Di bagian selatan dengan sebaran setempat-setempat seperti di sekitar Cibareno, Kecamatan Cilograng, pantai Bayah dan beberapa tempat di Kecamatan Cihara.
Untuk pengolahan dan pengrajin batu fosil, paling banyak berada di Desa Sajira Mekar, Kecamatan Sajira. Di desa ini setidaknya terdapat belasan tempat produksi berbentuk CV, lokasinya tidak berjauhan lantaran pemiliknya sebagian besar masih berkerabat satu sama lain.
Salah satu pemilik tempat produk kerajinan batu fosil adalah Haji Bukhori. Ini salah satu yang tertua, sudah ada sejak tahun 1972. Saat itu masih belum banyak perajin di sini, hanya kakeknya dan beberapa tetangga, itu pun kayu fosil hanya dijual dalam bentuk bongkahan untuk pajangan dinding.
Bukhori menjelaskan, awal mula muncul sentra kerajinan batu fosil di sini saat warga Perancis mengunjungi Sajira dan minta dibuatkan furnitur dari bahan fosil.
Dan usaha ini masih tetap berjalan karena dianggap potensial.
Pengrajin di tempat lain, sepanjang Oktober 2019, Mulyanto, perajin di Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak bahkan menerima permintaan ekspor antara 30-50 produk kerajinan batu fosil. Sementara Usman, pengrajin batu fosil warga Cidengdong, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, mengaku banyak menerima pesanan dari luar negeri jenis kursi dan meja dengan harga Rp8.000 sampai Rp25.000/Kg.
Para pengrajin batu fosil merupakan warga sekitar. Seperti di Desa Pasir Kupa, Kecamatan Kalanganyar, Lebak, Banten. Mereka berpuluh tahun menggeluti bidang ini.
Nah, dengan potensi sekeren ini, Lebak bisa dikenal di mata dunia bukan hanya dari potensi wisata alam seperti curug dan pantainya yang indah atau juga potensi wisata budaya dari pemukiman masyarakat Baduy, tapi juga dari batu fosil. Bukan begitu? (Hilal)