Kuliner

Sini Mampir ke Saung Ende, Wisata Alam Penghilang Bete

Buat kamu yang merasa hidupnya gitu-gitu saja, bosan dengan rutinitas kerja atau tugas kampus dan sekolah, butuh ketenangan yang disajikan alam, mungkin Saung Ende jawabannya.

Berada di Cilowong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Saung Ende menjadi destinasi baru yang langsung menjadi buah bibir banyak orang. Sejak dibuka delapan bulan lalu, Saung Ende bukan hanya tempat wisata keluarga tapi juga tempat kuliner. Nilai plusnya adalah pemandangan alam yang berupa bukit-bukit dan sungai yang bebatuan, memanjakan mata.

Jembatan Instagramable.

Luas Saung Ende ini sekitar 2.172 meter persegi, dan rencananya akan diperluas sekitar 3.000 meter persegi lagi. Di sini sekitar ada 12 saung, 1 tenda besar dengan 8 meja, deretan saung kali dengan 5 sekat, dan 3 saung segitiga yang bisa digunakan untuk bersantap menu yang disediakan.

Advertisement

Ada aneka olahan puyuh, bandeng, dan ayam yang disajikan dalam bentuk pecak, goreng, dan bakar. Makanan ringan seperti dimsum, kensos, otak-otak, dan baso bakar juga tersedia. Di sini ada warung camilan dan taman kopi.

Pecak Bandeng

Oh ya, untuk masuk ke Saung Enda ada tiket masuk. Yakni Rp5.000 untuk dewasa dan Rp3.000 untuk anak-anak. Pastikan datang sesuai jam operasional dari pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB.

Saat ini sedang dibangun tempat-tempat nongkrong dengan view pinggir sungai. Fasilitas seperti musala dan toilet sudah tersedia. Trampolin, ayunan, dan aneka spot foto menjadi pengisi aktivitas pengunjung.

Saung segitiga, tempat nyaman untuk bersantap

Owner Saung Ende Bakhtiar dalam suatu wawancara mengatakan Saung Ende ini berawal dari warung biasa.

Advertisement

“Ini mulanya hanya warung biasa, karena adanya masyarakat yang sering bersepeda dan istirahat di sini dan senang di sini sehingga saya berinisiatif untuk membesarkannya,” jelasnya.

Untuk filosofi Saung Ende itu, Bakhtiar menjelaskan, Ende itu sebutan dari Nenek. Dinamai Saung Ende, karena anak-anak suka memanggil nenek itu Ende.

“Jadi sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua dan dukungan dari anak-anak maka kami bikin Saung Ende atau Saung Nenek, karena kita tahu doa orang tua itu kan sungguh luar biasa,” jelasnya. (hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.