Info TravelTravel

Sentra Gerabah Bumijaya Ciruas, Hadir Sejak Era Kesultanan Banten, Dikenal Luas Hingga Mancanegara

BISNISBANTEN.COM – Selain pantai-pantai indah, Banten memiliki sentra gerabah yang dikenal hingga mancanegara. Sentra ini berada di Bumijaya, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang.

Gerabah merupakan seni kriya yang bahkan sudah dikenal sejak dahulu kala. Di era sekarang, para perajin gerabah banyak menggunakan teknologi modern dan sudah menggunakan berbagai macam warna.

Namun berbeda halnya dengan di Bumijaya. Di sini pembuatan gerabah masih menggunakan teknik tradisional. Para perajin di sini turun-temurun sudah ada sejak lama, bahkan sejak zaman Kesultanan Banten.

Advertisement

Semenjak zaman Kesultanan Banten,dahulu kala penduduk kampung/desa di sini mayoritas usahanya adalah membuat kerajinan tangan gerabah yang terbuat dari tanah liat. Usaha ini masih eksis hingga saat ini.

Pada perajin di sini pun lebih memilih untuk tidak memakai motif pewarnaan. Walau tampil alami tanpa warna tidak seperti produk-produk seni kriya dari luar negeri, tapi gerabah Desa Bumijaya masih banyak diminati. Alasannya, kualitas tanah liatnya yang bagus dan bisa diandalkan.

Tanah liat yang menjadi bahan baku gerabah ini tersedia di wilayah tersebut yang memiliki kualitas baik.

Advertisement

Gerabah Desa Bumijaya memiliki ketahanan yang kuat sehingga tidak mudah pecah ketika proses distribusi. Gerabah-gerabah di sini masih melalui tahap pembakaran secara tradisional. Ini berpengaruh pada kualitas.

Hiasan khas yang populer adalah motif tumpal bergerigi dan ceplok dari teknik cap serta motif yang dihasilkan dengan teknik cubit serta teknik pewarnaan gelap dan warna merah tanah liat.

Jenisnya pun banyak. Di antaranya gentong, guci, pot, cobek, dan banyak lagi. Produk gerabah jenis raksasa yang mencapai 2 meter dibandrol kurang lebih satu juta rupiah.

Selain itu ada kowi, mangkok yang biasa digunakan sebagai wadah untuk melebur emas atau logam.

Saat pandemi, permintaan Kowi justru cenderung stabil dan meningkat. Para peminat Kowi ini biasanya datang dari Jakarta hingga Kepulauan Riau.

Dilansir dari Simparta.serangkab, gerabah di sini menjadi industri kerajinan tangan peninggalan leluhur yang berkualitas, sehingga diminati berbagai daerah bahkan di minati sampai mancanegara.

Usaha-usaha gerabah di sini digarap secara rumahan dengan pegawai kurang lebih sekitar 15 orang.

Pengusaha gerabah Desa Bumijaya rata-rata masih berusia produktif (22-63 tahun) dengan pendidikan rendah yaitu SD (77%).

Di desa ini terdapat sekitar 100-an perajin gerabah yang dulu pernah jaya menjadi tujuan wisata seni kriya wisatawan asing.

Mereka datang karena ingin mempelajari tentang proses pembuatan gerabah maupun historinya. Tertarik datang ke sini? (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.