Pertumbuhan Ekonomi Banten Ditopang Industri Kimia
BISNISBANTEN.COM — Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Banten Erwin Soeriadimadja mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten ditopang oleh industri pengolahan dengan kontribusi utamanya disumbang industri kimia hulu berbasis petrokimia. Ini diungkapkan dalam Banten Economic Forum Seri II-2021. “Membangun Hilirasi Industri Kimia Banten” yang dilaksanakan secara virtual di Serang, Jumat (16/7).
“Struktur ekonomi Banten didominasi oleh sektor industri lengolahan yang mana kontribusi utamanya disumbang oleh industri kimia hulu berbasis petrokimia mencapai 24,10 persen. Ini tercatat tumbuh positif pada tahun 2020 seiring masih kuatnya permintaan baik domestik maupun ekspor,” katanya.
Menurut Erwin, industri hilir tercermin dari subsektor industri karet dan plastik yang berkontribusi 2,49 persen dan mengalami tekanan cukup dalam pada 2020.
Erwin mengatakan, pada 2020, nilai ekspor produk kimia Indonesia masih berada di bawah negara-negara ASEAN lainnya. Hal ini sejalan dengan kecenderungan masih tingginya kebutuhan pasar domestik sehingga daya saing dan kapasitas produksi yang perlu ditingkatkan. Dalam rangka menjaga keseimbangan neraca perdagangan salah satunya dengan menekan impor, maka pemenuhan kebutuhan bahan baku pelaku industri hilir harus bisa dipenuhi secara mayoritas oleh produsen dalam negeri. Tren kenaikan permintaan industri hilir tercermin salah satunya pada prakiraan kebutuhan jenis polimer yang meningkat hingga tahun 2030.
“Oleh karena itu, pengembangan industri hilir ini masih sangat prospektif ditengah upaya melakukan substitusi impor dari sisi hulu,” kata Erwin.
Menurutnya, berdasarkan hasil kajian Kantor Perwakilan BI Provinsi Banten bersama Untirta tentang hilirisasi industri kimia Banten, tanpa hilirisasi share subsektor petrokimia terhadap total PDRB Banten dapat terus menurun dari 7,04 persen di 2021 menjadi 6,65 peresen di 2024. “Selain itu, penyerapan tenaga kerja sektor industri petrokimia 7,5 persen per tahun dan kenaikan ekspor produk industri kimia sekitar 4 per tahun tahun. Hilirisasi juga rata-rata memberikan kenaikan nominal PDRB Industri sebesar4,38 persen,” katanya.
Sementara data Kementerian Perindustrian RI Triwulan I Tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkontraksi -0,74 persen pada Q1-2021, demikian pula dengan Industri Pengolahan Nonmigas terkontraksi -0,71 persen.
Namun Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional mampu tumbuh positif sebesar 11,46 persen atau yang paling tinggi diantara sub sektor industri lainnya yakni Industri Logam Dasar 7,71 persen, Industri Karet, Barang Karet dan Plastik 3,84 persen dan Industri Makanan dan Minuman 2,45 persen. (susi)