Ekonomi

Penculikan Kembali Marak, Psikologi UGM Bagikan Tips Agar Anak Terhindar Dari Penculikan

BISNISBANTEN.COM – Penculikan anak saat ini sedang marak dan membuat resah orang tua.

Mengutip dari laman UGM, Psikolog UGM, Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D., penculikan bisa menjadi pengalaman traumatis bagi anak korban penculikan. Sebab, penculikan merupakan pengalaman tidak menyenangkan yang bisa memunculkan perasaan tidak nyaman, syok, cemas, tidak berdaya bahkan depresi.

Untuk itu, ia memberikan tips agar terhindar dari penculikan. Salah satunya, orang tua perlu membekali anak dengan pengetahuan bagaimana saat berhadapan dengan orang asing.

Advertisement

Anak diberikan pemahaman untuk tidak sembarangan berbicara, tidak mudah percaya, tidak mudah terbujuk dengan iming-iming pemberian orang lain, serta bisa menolak ajakan orang yang tidak dikenal.

Lalu, orang tua juga perlu mengajari anak tentang mekanisme melindungi diri sendiri seperti belajar bela diri.

Selain itu saat berhadapan dengan orang asing yang mencurigakan ataupun ketika terpisah dari keluarga, anak diajarkan untuk berteriak meminta tolong serta mencari bantuan pertolongan pada orang yang tepat.

“Beri pengertian saat meminta tolong pada orang berseragam seperti satpam atau karyawan toko yang besar kemungkinannya memberikan bantuan,” terangnya.

Advertisement

Berikutnya, bantu anak dalam mengenali identitas diri. Anak diajari untuk mengingat namanya, orang tua, alamat rumah serta nomor telepon orang tua.

Dosen Fakultas Psikologi UGM ini juga mengatakan, anak-anak perlu dibiasakan untuk selalu minta izin kepada orang tua setiap akan melakukan sesuatu.

Dengan terbiasa minta izin, saat ada orang asing yang memberikan sesuatu atau mengajak pergi, anak-anak akan terbiasa meminta izin atau konfirmasi terlebih dulu kepada orang tuanya.

Tak hanya itu, orang tua juga perlu memberikan literasi pada anak terkait keamanan dalam bermedia sosial.

Berikan pengertian pada anak untuk tidak membagikan informasi pribadi di media sosial.

“Kasus penculikan secara tidak langsung, tak jarang juga berawal dari media sosial atau bermain game yang rentan terjadi terutama pada anak pra remaja dan remaja sehingga perlu diberikan pendidikan terkait kemanan siber,” tuturnya. (Dhori)

Advertisement
bisnisbanten.com