Insight

Narasi Buzzer Politik

Saskia Nur Agiska

BISNISBANTEN.COM — Penulis adalah seorang mahasiswa semester satu mata kuliah Pengantar Ilmu Politik, program studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Abad 21 seperti saat ini Indonesia menjanjikan era transparansi dan demokratisasi informasi dalam sistem tata kelola pemerintah. Namun ditengah media sosial yang sedang panas karena banyaknya berita politik yang beredar, kita justru menyaksikan sebuah fenomena paradoks dengan kemunculan seorang aktor bayangan yang beroperasi dengan jaringan terstruktur dan dapat membuat disrupsi informasi serta memanipulasi opini publik, yaitu Buzzer Politik. Aktivitas mereka dijejaring media sosial dengan menyebarkan disinformasi, ujaran kebencian, fitnah dan bahkan menjadi suatu pendukung yang fanatik. Buzzer politik dapat membuat sebuah industri narasi yang dapat memecah prinsip-prinsip dan akuntabilitas demokrasi di Indonesia. Membongkar narasi buzzer merupakan tugas bagi semua warga negara Indonesia terutama kita sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab dalam kredibilitas media sosial untuk ruang publik di masa mendatang.

  1. Latar Belakang: Mengapa Buzzer muncul dan menjadi permasalahan saat ini pada media sosial

Kehadiran Buzzer di Indonesia bukanlah secara kebetulan, tetapi pada awalnya Buzzer dimanfaatkan untuk menjadi jalan pintas yang dilakukan politisi agar mendapatkan simpati dari publik. Menurut saya, ada dua alasan yang mendasari mengapa fenomena Buzzer ini dapat berkembang semakin pesat di Indonesia:

Advertisement
  • Media Sosial sudah menjadi ajang kekuasaan politik

Media sosial saat ini menjadi sebuah “arena pertempuran” utama dalam politik karena memberikan impact yang sangat besar kepada masyarakat. Platform media sosial langsung memberikan akses ke publik tanpa adanya proses pengecekan kembali oleh media professional. Oleh karena itu, ditengah persaingan politik yang ketat Buzzer dimanfaatkan untuk menarik perhatian dan memastikan narasi klien yang mereka buat dapat dipercaya oleh publik dan juga agar cepat menjadi berita yang Viral/Trending Topic. Intinya menurut saya dalam politik digital, perhatian publik adalah sebuah aset yang sangat penting bagi para politisi.

  • Politisi ingin menang secara cepat dan praktis

Sejak tahun 2014, politik di Indonesia semakin terpecah dan terkenal dengan isu isu banyaknya politik identitas yang dapat memicu polarisasi bangsa. Hal ini dimanfaatkan oleh elite politik untuk memakai Buzzer sebagai media instan agar dukungan bisa didapat tanpa harus menyajikan visi dan misi atau program kerja yang jelas. Buzzer adalah alat atau aktor para elite politik yang ingin menghancurkan kredibilitas lawan tanpa harus terlibat langsung dalam suatu praktik politik yang kotor.

  1. Mekanisme Buzzer bekerja dibalik layar media sosial dan tujuan operasionalnya

Mekanisme penyebaran narasi biasanya dimulai dengan para elite politik yang menyediakan dana besar kepada Buzzer. Setelah itu, mereka mulai membuat sebuah narasi buatan yang sesuai dengan kemauan klien, baik untuk mendukung maupun menjatuhkan lawan di media sosial. Narasi ini kemudian disebarkan secara aktif melalui akun-akun dalam media sosial bisa menggunakan akun pribadi, akun anonim, atau bahkan jaringan buzzer yang terorganisir. Penyebaran dilakukan dengan strategi tertentu, seperti penggunaan tagar dan juga komentar berulang disetiap video yang berkaitan dengan politik. Selanjutnya, Masyarakat atau media massa akan mulai terpengaruh dan membuat persepsi narasi itu sendiri yang akhirnya publik dapat membuat sebuah opini atau bahkan keputusan politik yang bisa memecah belah bangsa.  Tujuan operasional mereka adalah untuk memanipulasi opini publik, membentuk sentiment yang positif dari politisi yang membayar mereka dan juga sebagai pengalihan isu-isu faktual yang merugikan para elite politik.

  1. Srategi Narasi Buzzer

Srategi utama Buzzer dalam merancang sebuah narasi politik di media sosial yang dapat mempengaruhi publik adalah dengan memanfaatkan kelemahan psikologis dari Masyarakat Indonesia. Para buzzer tersebut mengetahui bagaimana cara memancing emosi agar publik dapat bertindak cepat tanpa berpikir secara rasional, seperti contohnya dengan menyebarkan berita Hoaks atau SARA. Selain itu mereka juga menerapkan srategi pengulangan informasi yang menurut saya jika sebuah kebohongan yang diulang-ulang secara terus menerus akan membuat sebuah ‘ilusi kebeneraran’ di kacamata publik. Terakhir Buzzer ternyata paling jago dalam menyerang lawannya secara pribadi dengan cara memberikan komentar-komentar negatif, dimana mereka berpikir kalau lawan dari klien mereka sudah dilabeli buruk oleh publik maka semua argumen dan program kerjanya akan selalu dianggap tidak penting. Srategi-srategi diatas ternyata secara efektif dapat membuat ruang media sosial yang seharusnya menjadi ruang untuk persaingan politik yang sehat tetapi justru membenarkan suatu prasangka dan memperkuat polarisasi antar Masyarakat di Indonesia.

Advertisement
  1. Kenapa peran pemerintah sangat lemah dalam menindak tegas Buzzer?

Meskipun dampak Buzzer di media sosial sudah sangat merugikan publik tetapi penindakan tegas oleh pemerintah yang terkesan sangat ‘setengah hati’. Hal ini disebabkan masalah utama yang paling krusial adalah adanya suatu Konflik Kepentingan yaitu Buzzer seringkali digunakan untuk kepentingan elite politik yang berafiliasi untuk kekuasaan. Situasi ini menciptakan yang mirip dengan istilah ‘maju kena, mundur juga kena’ bagi pemerintah. Mereka sulit dalam menindak tegas suatu jaringan Buzzer karena secara tidak langsung mendukung posisi mereka. Kelambanan ini seharusnya menjadi sinyal berbahaya untuk publik karena sebuah manipulasi digital tidak boleh adanya suatu toleransi sama sekali karena jika praktir kotor ini terus dibiarkan dan hanya selalu menguntungkan pihak yang sedang berkuasa lantas bagaimana nasib kredibilitas demokrasi dan suara rakyat kedepannya?

  1. Dampak Eksistensi Buzzer bagi bangsa Indonesia

Keberadaan Buzzer merupakan sebuah invasi dalam diam yang merusak jantung demokrasi di Indonesia. Banyak dampak yang merupakan akibat dari Bazzar seperti terjadi erosi nalar publik dimana masyarakat kita mulai kehilangan kemampuan dalam membedakan berita yang hoaks dan mana berita yang fakta. Selain itu juga Buzzer juga dapat membuat ruang diskusi yang sehat di media sosial sudah mati yang menyebabkan bangsa kita makin gampang untuk menuju perpecahan bangsa.

  1. Membangun Imunitas Kolektif

Narasi Buzzer adalah sebuah ‘Penyakit Digital’ yang sangat sulit dihilangkan dan merupakan hasil dari penggabungan antara kemajuan teknologi dan kemunduran etika politik di Indonesia. Hal ini mengancam nalar demokrasi Masyarakat Indonesia. Maka dari itu kita sebagai mahasiwa harus menjadi agen utama dalam membentuk Imunitas Kolektif yang kuat serta melatih kemampuan Literasi Digital Kritis bagi Masyarakat. Selain itu elite politik harus berkomitmen dalam etika berkampanye yang sehat serta yang terpenting pemerintah juga harus berani dalam menindak tegas jaringan Buzzer tanpa pandang bulu. Sebagai Mahasisw akita tidak boleh membiarkan realitas kolektif kita diatur oleh algoritma dan aktor bayangan berbayar seperti Buzzer. Masa depan  bangsa Indonesia hanya bisa terwujud jika oknum-oknum dalam pemerintah berhenti melalukan praktik kotor serta kita semua sebagai warga negara berani menolak kebohongan dan memperjuangkan kebenaran faktual.

Advertisement
bisnisbanten.com