BISNISBANTEN.COM – Sejak Senin (20/9/2021) di Museum Negeri Banten digelar Pameran Terpadu Koleksi Terpadu. Pada pameran ini tidak hanya menghadirkan koleksi museum berupa artefak dan peninggalan Banten di masa lalu melainkan juga memamerkan produk kerajinan batik dan workshop batik.
Untuk workshop batik digelar dua versi. Yakni workshop batik cap pada Selasa dan Rabu (21-22/9/2021) dan workshop batik gutha tamarin ada Kamis dan Jumat (23-24/9/2021). Masing-masing digelar di jam yang sama yakni 09.00-11.00 WIB.
Pada workshop batik gutha tamarin dipandu oleh art teacher sekaligus seniman lukis dari Bandung, Jawa Barat yakni Ika Aik KM atau Ika Kurnia Mulyati. Saat menjelaskan proses membatik menggunakan tamarin atau asam Ika menjelaskan, membatik memakai bahan tamarin ini mempermudah para pelajar SMA yang menjadi audiens workshop dalam membatik. Terlebih lagi kata dia, kelas 11 SMA di Banten, memiliki pelajaran muatan lokal membatik.
“Pada prinsipnya, membatik memakai tamarin ini sama seperti membatik biasa, ada pewarnaan dan pembutaan. Tamarin ini bisa sebagai pengganti malam, jadi tidak usah memakai canting, lebih murah lebih gampang, tidak butuh kompor dan panas. Kainnya pun bebas tidak harus kain alami seperti kalau sedang membatik cap. Kalau membatik cap yang biasa dan menggunakan kain sintetis bisa mengkerut,” jelas Ika.
Untuk pewarna kain, Ika bilang jika ingin menggunakan pewarna alami bisa memakai kunyit. Kalau untuk warna yang digunakan Ika saat membatik, ia memakai warna dasar sepert merah, kuning, dan biru.
Membatik menggunakan tamarin ini termasuk proses membatik yang ramah lingkungan. Saat buta termakan pun tidak bahaya, karena biasa digunakan untuk obat lambung.
Teknik membatik ini seringkali disebut batik lilin dingin memakai pasta yang terbuat dari tepung biji asam sebagai perintang warna. Teknik batik tamarin merupakan teknik alternatif membatik yang mudah untuk dipelajari, khususnya anak remaja hingga pinisepuh merasakan proses membatik yang menyenangkan. Hasilnya pun tidak jauh berbeda dari batik malam biasa.
Sementara pameran batik menyajikan batik khas yang kerap dipakai masyarakat Baduy. Kain tenun dan pakaian hari-hari orang Baduy pun dipamerkan di sini bersama batik kreasi dari Banten. Pameran ini digelar di dua bangunan sayap kiri museum. Gedung utama Museum Negeri Banten di Jalan Brigjen KH Samun no.5, Kotabaru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten dalam tahap renovasi.
Museum ini diresmikan pada 29 Oktober 2015 oleh Rano Karno, Gubernur Banten saat itu. Sementara pengelolaan museum diberikan pada UPTD Taman Budaya dan Museum Dindikbud Provinsi Banten.
Pemilihan kantor bekas Residen Banten sebagai lokasi museum karena merupakan cagar budaya. Lokasinya pun strategis.
Pameran seperti ini dilakukan rutin setiap tahun di Museum Negeri Banten. Pada tahun ini memamerkan koleksi benda pusaka Banten dan koleksi masa kini yang diharapkan, masyarakat dapat memahami perbedaan identitas lama dan baru. (Hilal)