Menkes RI : Pemerintah Komitmen Tingkatkan Angka Kesembuhan Kanker Anak di Indonesia

BISNISBANTEN.COM — Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meluncurkan Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029 sebagai bagian dari Rencana Kanker Nasional 2024-2034, pada hari ini (20/2).
Dilansir dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, langkah ini merupakan strategi komprehensif dalam pengendalian kanker pada anak di Indonesia, sekaligus wujud nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan akses layanan kesehatan bagi anak-anak penderita kanker.
Menkes Budi menambahkan, komitmen tersebut dilakukan dengan pendekatan kolaboratif dan berkelanjutan, melibatkan tenaga medis, komunitas, serta dukungan finansial yang lebih luas. RS Kanker Dharmais sebagai pusat kanker nasional diharapkan menjadi model dalam inovasi layanan kanker, termasuk dalam upaya mendekatkan akses pengobatan ke seluruh daerah di Indonesia.
Menkes Budi menyoroti pentingnya kombinasi pasien BPJS dan non-BPJS dalam layanan rumah sakit untuk memastikan keberlanjutan pembiayaan layanan kanker anak. Ia menegaskan bahwa kehadiran pasien non-BPJS bukan untuk mencari keuntungan, tetapi sebagai strategi subsidi silang agar lebih banyak pasien yang kurang mampu dapat mengakses pengobatan kanker berkualitas.
“Kita ingin agar Rumah Sakit Kanker Dharmais tidak hanya melayani pasien BPJS, tetapi juga menarik pasien yang mampu secara finansial untuk berobat di sini. Dengan begitu, biaya yang masuk bisa membantu pembiayaan pasien kanker anak yang kurang mampu,” ujar Menkes.
Menkes juga mengapresiasi peran komunitas dan keluarga dalam mendukung anak-anak yang berjuang melawan kanker. Ia menekankan bahwa menghadapi kanker bukan hanya soal pengobatan medis, tetapi juga dukungan psikososial yang kuat.
“Pasien kanker anak butuh dukungan dari komunitasnya. Harus ada ruang bagi keluarga dan komunitas untuk terlibat, berbagi pengalaman, dan memberikan dukungan moral kepada pasien dan keluarga mereka,” ungkapnya.
Sebagai bagian dari upaya ini, Menkes mendorong penyediaan fasilitas yang lebih ramah komunitas, termasuk ruang interaksi yang dapat dimanfaatkan oleh keluarga pasien dan komunitas pendukung.
Selain meningkatkan layanan di RS Kanker Dharmais, Menkes menegaskan pentingnya desentralisasi layanan kanker anak ke seluruh provinsi. Tujuan utamanya adalah agar pasien kanker anak tidak perlu bepergian jauh untuk mendapatkan perawatan.
“Tidak semua pasien kanker anak harus dirujuk ke Dharmais. Kita harus mendistribusikan layanan ke 34 provinsi agar lebih banyak anak yang bisa mendapat pengobatan lebih dekat dengan rumah mereka,” jelasnya.
Untuk mewujudkan ini, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit daerah dengan dokter spesialis, fasilitas diagnostik, serta terapi mutakhir seperti terapi sel (cell therapy) dan terapi genetik.
Menkes juga menyoroti pentingnya deteksi dini kanker anak sebagai langkah utama dalam meningkatkan angka kesembuhan. Dengan perkembangan teknologi medis, kini deteksi dini dapat dilakukan melalui pemeriksaan genetik, sirkulasi tumor DNA, dan analisis ekspresi RNA.
“Teknologi sudah berkembang pesat. Kita harus mulai menggunakan alat deteksi genetik untuk melihat potensi kanker lebih awal, seperti yang sudah dilakukan di Thailand dan Vietnam,” ujar Menkes.
Ia menegaskan bahwa RS Kanker Dharmais sebagai pusat kanker nasional harus menjadi pelopor dalam penerapan teknologi medis mutakhir, sehingga dapat memberikan diagnosis dan terapi yang lebih akurat bagi pasien kanker anak.
Dengan peluncuran Rencana Aksi Nasional Kanker Anak 2025-2029, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan angka kesembuhan kanker anak di Indonesia, dari saat ini sekitar 24% menjadi lebih dari 50%.
“Kita ingin lebih banyak anak Indonesia yang bisa sembuh dari kanker dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu, kita harus bekerja bersama, pemerintah, rumah sakit, komunitas, dan masyarakat,” tutup Menkes.
Kanker merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di Indonesia, tergolong sebagai penyakit tidak menular (PTM) katastropik, dengan biaya pengobatan yang tinggi dan durasi perawatan yang panjang. Berdasarkan data Globocan 2022, Indonesia mencatat lebih dari 408.661 kasus baru kanker dan hampir 242.099 kematian akibat kanker.
Sementara itu, kasus kanker anak juga menjadi perhatian utama, di mana pada tahun 2020, terdapat sekitar 11.156 kasus baru kanker pada anak usia 0-19 tahun. Leukemia menjadi jenis kanker paling banyak diderita anak-anak dengan 3.880 kasus (34,8%), diikuti oleh kanker getah bening (limfoma) dan kanker otak, masing-masing dengan sekitar 640 kasus (5,7%).