Info Travel

Masjid Kuno Kaujon, Filosofi Buah Nanas dan Tiang Penyangga yang Terkilir, Ada Apa dengan Masjid Ini?

BISNISBANTEN.COM – Masjid satu ini meskipun berukuran kecil namun menyimpan keunikan dan saksi sejarah masa lampau. Ya, inilah Masjid Kuno Kaujon.

Berada di Kampung Kaujon Pasar Sore, RT003 RW01 Kelurahan Serang, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, salah satu cagar budaya ini memiliki tiang penyangga yang berulir dan tidak sesuai porosnya.

Selain itu di dinding imam masjid atau mimbar pengimaman dan pintu masuk ada ukiran buah nanas. Dan sudah ada sejak masjid ini berdiri. Ada nanas yang sudah terkupas dan ada juga nanas yang belum terkupas kulitnya.

Advertisement

Nanas yang belum terkupas kulitnya, menggambarkan manusia yang kotor dan penuh dosa, sementara nanas yang sudah terkupas kulitnya, menggambarkan manusia yang bersih karena telah bertaubat.

Filosofi dari nanas ini, jika melihat sifat nanas apabila dimakan, tidak akan kembali menjadi pohon nanas. Sementara buah lain misal mangga, jika dimakan dan bijinya lalu dibuang, akan kembali tumbuh menjadi pohon mangga.

Itu yang selalu diingatkan para ulama terdahulu. Apabila sudah bertaubat, jangan sekali-kali kembali ke jalan yang salah.

Advertisement

Di masjid ini juga terdapat makam kuno yang dipercaya masyarakat setempat makam sesepuh mereka jaman dahulu yaitu makam Nyi Ratu Maemunah.

Teka-teki awal mula berdirinya Masjid Kuno Kaujon masih menjadi perdebatan. Orang tua dari para sesepuh pun tidak menceritakannya. Tidak ada buku atau catatan yang tertulis mengenai masjid tersebut.

Meski demikian, jika dilihat dari sisi sejarah masa pemerintah kolonial Belanda yang pindah dari Banten Lama ke Serang pada 1830, masjid tersebut diperkirakan berdiri sejak abad ke-17 atau abad ke-18.

Ini dibuktikan adanya jembatan persis di depan masjid yang dibangun pada masa pemerintah kolonial Belanda pada 1875. Masjid ini hanya berjarak sekitar 50 meter dari aliran sungai Kali Ci Banten di sebelah timur.

Meski tidak ada yang tahu kapan masjid bercat hijau dan kuning ini dibangun, namun menurut warga, masjid ini diperkirakan sudah ada sejak 1860-an.

Meski telah direnovasi pada masa pemerintahan kolonial Belanda pada 1837, saat ini pemerintah dan masyarakat setempat sangat menjaga keaslian arsitektur masjid. Sampai saat ini masih digunakan warga untuk beribadah.

Masjid ini berdiri di atas pondasi masif setinggi 60 cm. Ruang utama masjid berbentuk segi empat dengan ukuran 10 x 10 m, dilapisi tegel berwarna putih.

Demikianlah masjid kuno di daerah yang dinamai Kaujon. Penyebutan nama Kaujon, diambil dari tokoh masyarakat di daerah tersebut, yakni Ki Uju. Ini sebutan masyarakat dan pemerintah kolonial Belanda.

Bagi yang pernah berkunjung ke Alun-alun Kota Serang, mungkin pernah melewati tempat ini. Tertarik singgah dan beribadah di sini? (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.