Ketahui Seperti Apa Lazy Parenting yang Viral di TikTok, Jadi Tren Baru Cara Mendidik Anak

BISNISBANTEN.COM – Belakangan ini, istilah lazy parenting tengah viral di TikTok, menarik perhatian banyak orang tua dan pendidik. Meski terdengar seperti “gaya parenting malas,” konsep ini sebenarnya tidak seburuk yang dibayangkan.
Justru, lazy parenting adalah pendekatan pengasuhan yang bertujuan membantu anak-anak menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Lazy parenting adalah gaya pengasuhan yang memberikan anak kebebasan untuk belajar dan mengatasi tantangan mereka sendiri tanpa terlalu banyak campur tangan dari orang tua.
Ini bukan berarti orang tua benar-benar malas, melainkan mereka sengaja mengurangi keterlibatan yang berlebihan untuk mendorong kemandirian anak.
Tren ini muncul sebagai respons terhadap gaya helicopter parenting, di mana orang tua terlalu protektif dan cenderung mengatur setiap aspek kehidupan anak. Dengan lazy parenting, anak-anak diberi ruang untuk membuat keputusan, menghadapi konsekuensi, dan mengembangkan kemampuan problem-solving.
Ciri-ciri Lazy Parenting
1. Memberi Ruang untuk Kesalahan
Orang tua yang menerapkan lazy parenting membiarkan anak membuat kesalahan sebagai bagian dari proses belajar.
2. Fokus pada Kemandirian Anak
Anak diajarkan untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana, seperti merapikan mainan, makan sendiri, atau membuat keputusan kecil sehari-hari.
3. Tidak Berlebihan Mengontrol
Orang tua tidak terlalu banyak mengatur kegiatan atau pilihan anak, tetapi tetap memberikan arahan jika diperlukan.
4. Mengajarkan Problem-Solving
Ketika anak menghadapi masalah, mereka diberi kesempatan untuk mencari solusi terlebih dahulu sebelum meminta bantuan.
Manfaat Lazy Parenting
– Anak lebih percaya diri karena merasa mampu mengatasi tantangan sendiri.
– Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas.
– Anak belajar menghargai tanggung jawab.
– Mengurangi tekanan pada orang tua karena tidak harus selalu “sempurna” dalam mendidik.
Meski populer, gaya ini juga menuai kritik. Beberapa orang khawatir bahwa pendekatan ini dapat membuat anak merasa diabaikan jika tidak diarahkan secara signifikan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tetap hadir secara emosional dan memberikan dukungan yang dibutuhkan anak. (Sarah)