Jaga Ketahanan Pangan, Produksi Padi Surplus
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN (DKPP) KABUPATEN SERANG

BISNISBANTEN.COM – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Serang terus berinovasi untuk menjaga pangan selalu surplus. Meski sempat digempur dengan adanya fenomena El Nino, di bawah kendali Suhardjo sebagai Kepala Dinas dan Yuli Saputra selaku Sekretaris mampu mendorong para petani di Kabupaten Serang tetap menjaga produktivitas pangan.
Diketahui, fenomena El Nino yang terjadi di Kabupaten Serang luar biasa. Bahkan, hingga 5 Oktober 2023 sudah ada 1.622 hektare sawah padi yang terdampak kekeringan, meliputi kategori ringan 334 hektare, sedang 489 hektare, berat 379 hektare, dan puso 451 hektare.
Dalam mengatasi dampak kekeringan tersebut, DKPP melakukan langkah jangka panjang dan jangka pendek. Seperti jangka pendek dengan terus melakukan monitoring dan inventarisasi kekeringan, serta menginformasikan musim kemarau dari BMKG kepada petani agar petani tetap bisa melakukan percepatan tanam dan menggunakan varietas padi toleran kekeringan. Selain itu juga, optimalisasi sumur pompa dan saluran irigasi untuk lahan yang ada saluran irigasi. Bagi daerah yang adanya air bawah tanah dilakukan pembuatan sumur pantek dan sumur dalam. Pihaknya juga bekerjasama dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciujung Cidanau Cidurian (BBWSC3) meminjam pompa mobile diarahkan ke beberapa wilayah, seperti Lebakwangi yang sempat mengalami kekeringan. Dengan pompanisasi mampu menyelamatkan padi hingga puluhan hektare dan sampai panen.
Selain itu, pihaknya juga mengupayakan bantuan alat mesin pertanian, seperti traktor, pompa air, selang dan melakukan pengawasan gilir giring pada sumber air dan pola tanam.
“Jadi sumber air Bendung Pamarayan kita pakai digilir, termasuk Ciujung yang ada sumber air giliran dengan pengaturan penggiringan itu digilir,” terang Suhardjo.
Tidak sampai di situ, DKPP juga melakukan optimalisasi bantuan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sebagai upaya untuk menanggulangi dampak puso. Dengan membayar Rp36 ribu per hektare, petani bisa mendapat jaminan Rp6 juta per hektare apabila lahan padinya terjadi puso.
“Ini subsidi. Sebenarnya preminya Rp200 ribu per hektare, cuma karena subsidi cukup Rp36 ribu, lainnya disubsidi pemerintah. Begitu gagal panen puso akan dapat ganti rugi Rp6 juta per hektare,” ungkapnya.
Sedangkan solusi jangka panjang dan menengah, pihaknya memperbanyak pembuatan embung, dan sumur resapan di daerah rawan kekeringan, serta melakukan pemetaan daerah rawan kekeringan. Kemudian juga terus meningkatkan Koordinasi dengan instansi terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), BMKG, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan kelembagaan tani lainnya, serta terus meningkatkan penyuluhan pertanian pada petani tentang proses budidaya yang lebih optimal dengan memaksimalkan tenaga penyuluh pertanian. Bukan hanya itu, DKPP juga mengenalkan teknologi anti kekeringan ramah lingkungan, seperti pupuk organik dan pembenahan tanah. Lalu, sosialisasi dan penerapan budidaya pertanaman padi di lahan kering dengan pola tanam dengan tanaman selain padi, semisal padi kurang maka bisa diganti dengan jagung, kedelai atau tanaman lain yang kira kira tahan kekeringan, sorgum, dan lainnya yang bisa buat pangan.
“Jadi, produksi padi tahun ini surplus dari yang ditargetkan sebanyak 535.672 ton,” pungkasnya. (Advertorial)