MobilOtomotif

GIIAS 2023, Beberapa Platform Teknologi Otomotif Menuju Zero Emission

BISNISBANTEN.COM — Pemerintah Indonesia menargetkan net zero emission (NZE) pada 2060. Salah satu jalan yang ditempuh adalah pembenahan sektor otomotif yang belakangan fokus pada kendaraan listrik murni. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mengingatkan ada beberapa teknologi alternatif yang potensial dimanfaatkan buat mencapai NZE.

Pemerintah sejak 2019 telah menelurkan berbagai macam cara menciptakan ekosistem kendaraan listrik secara cepat. Salah satunya memberikan subsidi bagi mobil listrik, berupa diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen sehingga bebannya menjadi satu persen. Diskon yang berlaku mulai April 2023 itu membuat harga mobil listrik terpangkas hingga puluhan juta. Kemudian pada Mei 2023 pemerintah membebaskan kendaraan listrik dari pungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN) dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB). Saat ini juga sedang dibicarakan tentang impor mobil listrik tak lagi dipungut bea masuk dan PPN.

Bebetapa jenis diskon di atas tak didapat platform teknologi rendah emisi dan teknologi listrik lain yang sudah ada di dalam negeri seperti low cost green car (LCGC) serta hybrid yang terdiri dari berbagai macam jenis dan biofuel. Teknologi ini memang masih menggunakan mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine, ICE) tetapi modernisasinya dianggap juga bisa mendukung NZE walau tak sesempurna teknologi listrik.

Advertisement

Sekretaris Umum GAIKINDO Kukuh Kumara menjelaskan sejak LCGC diluncurkan pada 2013 kini mendapatkan pangsa pasar kurang lebih 20 persen. Pemerintah juga sudah menelurkan regulasi Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) yang terdiri dari LCGC dan pengembangan ICE termasuk hybrid (HEV), plug-in hybrid (PHEV), fuel cell (FCEV) serta flexy engine.“Semua itu adalah alternatif yang bisa kita kembangkan di Indonesia,” kata Kukuh di diskusi bertajuk Otomotif, Ujung Tombak Dekarbonisasi Indonesia di kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa 8 Agustus 2023.

Menurut Kukuh Pemerintah sudah banyak mendorong pengembangan teknologi otomotif untuk NZE. Meski demikian dia memaparkan sudah tersedia teknologi selain kendaraan listrik yang juga bisa diaplikasikan. “Ini juga menunjukkan betapa kita serius mengadopsi EV untuk menuju net zero emission. Memang dunia sedang ramai sedang membicarakan EV, namun bahwa menuju net zero emission tak hanya mengedepankan EV. Ada tahapan dalam teknologi EV dan pilihan yang disediakan, mulai dari HEV, PHEV kemudian FCEV, dan alternatif lain,” kata Kukuh.

Penjualan mobil listrik di Indonesia naik sejak 2019 karena didorong kebijakan Pemerintah. Pada 2019 tak ada satu pun mobil listrik terjual, lalu pada 2020 laku 125 unit, 687 unit pada 2021, 10.327 unit pada 2022 dan 5.850 unit pada Januari-Juni 2023. Mobil hybrid juga meningkat penjualannya, bahkan kini lebih besar dari mobil listrik. Pada 2019 terjual 25 unit mobil hybrid terjual kemudian 8 unit pada 2020, 46 unit pada 2021, loncat jadi 10.344 unit dan terbang menjadi 17.280 unit selama Januari-Juni 2023.

Kontribusi mobil listrik dan mobil hybrid pada total penjualan mobil 505 ribu unit pada Januari-Juni 2023 masing-masing sebesar 1,2 persen dan 3,4 persen. Selain listrik, Kukuh juga menyinggung tentang teknologi lain untuk NZE yaitu penerapan Euro IV sejak 2018 untuk mobil bensin dan biodiesel 35 sejak Februari 2023. “Ini adalah satu salah satu alternatif Indonesia dan juga jangan lupa di Indonesia kita juga sejak Februari 2023 itu mewajibkan Biosolar 35 persen, ini tertinggi di dunia belum ada negara lain yang menerapkan seperti ini,” kata Kukuh. (susi)

Advertisement

Advertisement

Susi Kurniawati

Wartawan bisnisbanten.com