Cerita Jonathan Wijaya, Pemuda Tangerang yang Selesaikan Kuliah Cepat Tiga Tahun di Swiss
BISNISBANTEN.COM – Berkesempatan kuliah di luar negeri merupakan impian banyak orang. Selain bisa menimba ilmu dan wawasan skala global, juga bisa menambah pengalaman dan mengenal secara menyeluruh tentang negara yang dipilih menjadi tujuan jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Jonathan Wijaya, pemuda asal Tangerang Banten yang akrab disapa “Jo”, membagikan kisahnya saat berkesempatan menempuh pendidikan di negara bagian Eropa Tengah, yakni Swiss. Bisa studi di negara yang terkenal dengan pegunungan Alpen itu, merupakan suatu hal spesial yang dialami semasa hidupnya.
Saat di Swiss, Jo menempuh pendidikan Manajemen Perhotelan dan Design di International Hospitality & Tourism Training Institute (IHTTI) selama 3 tahun.
“Program studi di sana bagus dan unik sekali. Jadi di sana uang studi itu sudah termasuk akomodasi, dan kita tinggal di satu gedung yang ada frontdesk-nya, ada restorannya, ada kafenya, ada house keeping-nya, dan ada ruang-ruang meeting yang dipakai untuk kelas-kelas belajar. Jadi studi kami berjalan layaknya operasional di gedung hotel pada umumnya. Semua murid bergerak sebagai tamu dan sekaligus berlatih sebagai personel hotel. Dan senang juga, karena di sana betul-betul bertemu dan berinteraksi dengan orang dari berbagai negara,” ujar Jo kepada Bisnisbanten.com, Selasa (13/7/2021).
Pada satu angkatan, tutur Jo, terdapat banyak mahasiswa yang berasal dari 33 negara, yang melakukan studi di IHTTI.
“Waktu itu saya kuliahnya empat semester untuk kuliah dan dua semester untuk bekerja, kalau di Indonesia jatuhnya seperti PKL (praktek kerja lapangan-red). Jadi kalau dipikir, saya kuliah singkat banget, cuma empat semester. Waktu wisuda juga seru lihatnya, bendera dari 33 negara asal mahasiswa yang seangkatan dengan saya itu dipajang semua jadi background, termasuk Indonesia,” kata pria kelahiran tahun 1993 ini.
Menurut Jo, meski studi di Swiss nampaknya terlihat enak, tetapi faktanya tidak selalu demikian. Biaya hidup di Swiss yang tinggi mengharuskan Jo menghemat keuangan yang ada. Apalagi untuk biaya transportasi yang sangat tinggi. Setiap kali Jo ingin bepergian, ia harus terlebih dahulu menabung agar bisa jalan-jalan.
“Serunya studi di luar karena banyak kesempatan buat jalan-jalan. Tapi ya kalau di Swiss, setiap mau jalan-jalan mesti hitung-hitung karena transportasi mahal banget. Tapi worth it sih di Swiss, kalau jalan-jalan pemandangannya indah sekali, udara juga sangat bersih dan lingkungannya rapih,” ungkap General Manager Greenotel Cilegon tersebut.
Ia berharap, situasi Pandemi Covid-19 ini bisa segera berakhir, dan kembali ke masa normal. Dengan demikian, segala aktivitas masyarakat, perusahaan, khususnya industri perhotelan dan pariwisata bisa berlangsung normal seperti sediakala. (Haris/Hilal)