Info Travel

Bukan Tempat Wisata, Sindangheula Tetap Saja Banyak Diincar Wisatawan

BISNISBANTEN.COM – Sejak dibangun pada 2015 lalu, Bendungan Sindangheula disiapkan untuk pengendalian banjir yang kerap terjadi wilayah Kabupaten Serang dan sekitarnya.

Namun bendungan di Kecamatan Pabuaran yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Kamis (4/3/2021) ini malah banyak mencuri perhatian wisatawan.

Bendungan Sindangheula sempat viral dan menjadi tempat wisata dadakan pada Juni 2020. Saat itu, warga berdatangan untuk berseluncur di saluran pembuangan bendungan setinggi sekitar 50 meter ini. Saluran pembuangan air ini menuju ke aliran Sungai Cibanten.

Advertisement

Aksi mereka inilah yang terekam video dan viral di media sosial. Padahal Pelaksana Teknik Bendungan Sindangheula Rommy Hamzah sudah melarang, namun warga yang datang semakin banyak.

Pembuangan air ini limpasan air jika genangan waduk tinggi. Namun oleh masyarakat disalahgunakan jadi perosotan.

Warga dilarang meluncur di spillway karena berbahaya. Dalam saluran spillway banyak material kerikil yang terbawa arus dan permukaannya yang tidak rata bisa mengikis kulit.

Advertisement

Akhirnya bendungan ini ditutup untuk umum lantaran memang belum diresmikan pada saat itu. Tetapi warga tetap berusaha masuk melalui jalan setapak di perkebunan sekitar bendungan. Setiap harinya, ratusan warga datang hanya untuk bermain air. Bahkan, saking ramainya, hingga ada warga yang menggelar dagangan.

Penertiban dilakukan antara lain dengan memasang pagar, ternyata pagar permanen dijebol, kawat pun diputus. Luar biasa bukan?

Sekadar tahu, bendungan ini berawal dari Study on Cidanau Cibanten Water Resources Development Project oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) pada 1992. Hasilnya yakni mengidentifikasi potensi dibangunnya bendungan dengan nama Bendungan Cibanten di Sungai Cibanten.

Pada 2005, dilakukan studi Kelayakan dengan perubahan nama menjadi Bendungan Gelam oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten. Pada 2008 berubah nama menjadi Bendungan Sindangheula dengan tinggi bendungan 37 meter, volume tampungan total 14 juta meter kubik, volume tampungan efektif sebesar 9 juta meter kubik dengan luas areal genangan sekitar 150 hektare, estimasi biaya konstruksi pada saat itu sebesar kurang lebih 220 Milyar Rupiah.

Perubahan nama terakhir ini disebabkan penyesuaian nama bendungan dengan lokasi tapak tubuh bendungan yang terletak pada Desa Sindangheula, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang.

Nama Sindangheula dalam padanan bahasa Sunda adalah ungkapan ajakan untuk ‘mampir sebentar’ hanya untuk sekedar melihat-lihat, menengok, bahkan lebih dari itu mengagumi, mengapresiasi sampai dengan mempelajari dari apa yang sebelumnya hanya keinginan melihat-melihat saja.

Namun eksotisme Sindanghela menarik banyak orang untuk datang, entah untuk tujuan gowes atau foto-foto di spot-spot yang dianggap artistik. Padahal belum dibuka sepenuhnya untuk umum dan sempat dibuka tutup.

Keberadaan Bendungan Sindangheula ditargetkan bisa meningkatkan produktivitas pertanian dengan kapasitas 9,3 juta meter kubik air yang bisa mengairi 1.289 hektar sawah di Serang dan sekitarnya. Bendungan ini diharapkan menyediakan air baku bagi daerah-daerah industri yang berkembang di Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon.

Bendungan ini menyediakan air baku hingga 0,80 meter kubik per detik. Ini sudah dimulai, digunakan oleh Provinsi separuhnya 0,40 meter kubik per detik.

Bendungan Sindangheula juga berfungsi untuk pembangkit listrik dengan menghasilkan 0,40 megawatt sehingga tidak lagi tergantung pada energi fosil.

Selanjutnya, Bendungan Sindangheula bisa dimanfaatkan untuk konservasi dan pariwisata, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Berada kurang lebih 15 km dari alun-alun Kota Serang, Bendungan Sindangheula akan menjadi kebanggaan dan apresiasi terhadap pengorbanan masyarakat Banten. Terutama masyarakat di tiga desa yang tergenang sekira 150 Ha, meliputi Desa Sindangheula, Desa Sanyar dan Desa Pancanagara Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang.

Mereka bersedia melakukan relokasi melepaskan tanah, rumah, sawah dan kebun mereka untuk memberikan manfaat yang lebih besar sebagai area genangan untuk keberadaan waduk Sindangheula.

Nah bagaimana? Masih ngebet berwisata kesini atau sabar menunggu proses pembangunannya sampai akhirnya resmi dibuka untuk umum sebagai lokasi wisata? (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.