Keuangan

Ngeri-ngeri Sedap! Indonesia Darurat Literasi Keuangan dan Ini Akibatnya

BISNISBANTEN.COM — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pernah mengadakan survei untuk melihat tingkatan literasi keuangan Indonesia, dan hasilnya sangat mencengangkan.

Tidak sampai 30% masyarakat yang dinilai masuk dalam kategori well literate. Padahal literasi keuangan adalah hal yang wajib dikuasai oleh masyarakat bahkan termasuk dari salah satu literasi dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Artinya, jika tidak memiliki keterampilan literasi dasar, maka hal itu akan mempersulit kita sendiri untuk menjalani hidup.

Meski terbilang rendah, dari hasil survei yang dilakukan oleh OJK tersebut dapat terlihat bahwa sebenarnya masyarakat Indonesia sudah mengenal, memahami, dan mampu menggunakan dengan bijak beberapa fitur, instrumen, juga mengerti akan hak dan kewajiban dalam dunia keuangan. Walaupun memang hanya sebagian saja yang bisa menggunakannya dengan baik. Lantaran itulah, edukasi perihal literasi keuangan Indonesia masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Karena jika dibiarkan terus menerus maka akan ada beberapa hal yang muncul sebagai akibat dari rendahnya literasi keuangan tersebut.

Advertisement

Apa Itu Literasi Keuangan?

Sebelum membahas mengenai dampak yang akan terjadi jika literasi keuangan Indonesia tidak mengalami peningkatan, ada baiknya kita pahami lagi apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan literasi keuangan itu?

Secara umum, literasi keuangan adalah suatu rangkaian proses atau kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan keyakinan (confidence) konsumen maupun masyarakat agar mereka mampu mengelola keuangan pribadi dengan lebih baik.

Dengan demikian, masyarakat mendapatkan bekal edukasi yang memadai dan mencukupi untuk mengambil keputusan keuangan dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan finansial mereka sehingga mereka bisa memberikan manfaat yang lebih besar.

Dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjendikti), ada 6 literasi dasar yang seharusnya dikuasai oleh setiap orang, yakni literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi budaya, dan literasi finansial atau literasi keuangan. Mengapa penting? Karena dengan menguasai keenamnya, kita dapat hidup dengan lebih nyaman, sehat dan lebih baik.

Advertisement

5 Hal yang Akan Terjadi jika Literasi Keuangan Indonesia Tetap Rendah

Jika angka literasi keuangan Indonesia yang rendah dibiarkan saja, maka kurang lebih, hal-hal inilah yang akan terjadi:

1. Tidak Ada Tujuan Hidup

Hal pertama yang bisa terjadi sebagai dampak dari rendahnya literasi keuangan Indonesia adalah tidak adanya tujuan hidup. Ini tentu saja bukan hal sepele, bahkan kalau dibiarkan berlarut-larut, orang bisa saja terdemotivasi karenanya. Akibatnya, masa depan pun terabaikan.

2. Tidak Ada Perencanaan Keuangan

Karena tidak punya tujuan hidup maka seseorang akan bingung kalau punya uang. Tanpa adanya perencanaan yang baik dan matang, uang yang dimiliki bisa habis begitu saja dengan pengeluaran yang tidak seberapa penting. Tanpa perencanaan, seseorang akan menjadi sulit untuk bisa menabung dan berinvestasi demi masa depan. Fatalnya, ini berdampak pada sikap akan membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain yang dirasa lebih sukses.

3. Salah Pilih Instrumen Investasi

Jika ternyata tingkat literasi ekonomi Indonesia masih terus rendah, yang mungkin akan terjadi adalah sering terjadi kesalahan dalam memilih instrumen investasi. Secara otomatis tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang berpotensial. Masyarakat bisa saja mengerti apa itu investasi dan bagaimana cara memulainya.

Namun hal itu bukan berarti mereka memahami instrumen investasi apa yang sesuai dengan kondisi keuangan dan tujuannya. Jika salah memilih instrumen investasi, maka yang sudah pasti terjadi adalah mereka tidak paham bagaimana cara mengelola investasi tersebut dan akhirnya malah mengalami kerugian.

4. Terkena Investasi Bodong

Akibat paling nyata dari rendahnya literasi keuangan Indonesia adalah terjebak investasi bodong. Investasi bodong seperti money game atau dalam bentuk emas palsu memang masih banyak terjadi di negara ini.

Satgas Waspada Investasi OJK memaparkan, praktik-praktik investasi bodong telah merugikan masyarakat Indonesia hingga Rp 117,4 triliun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Hal ini bisa terjadi karena masyarakat yang tidak memahami bahwa investasi yang ditawarkan kepada mereka adalah investasi ilegal yang tidak terdaftar di OJK. Seringnya, masyarakat tergiur dengan iming-iming keuntungan besar yang akan didapatkan, tanpa menyadari bahwa investasi memiliki risiko yang tinggi, apalagi yang ilegal. Jika tingkat literasi keuangan tinggi, maka masyarakat akan bisa mengerti tentang risiko yang wajar bagi setiap bentuk instrumen investasi.

5. Tidak Ada Social Safety Net

Social safety net, atau yang biasa disebut juga dengan jaring keamanan sosial adalah sebuah tameng antisipasi agar masyarakat tidak mengalami kemiskinan. Jika literasi keuangan Indonesia masih ada di tingkat rendah dan tak ada peningkatan dalam waktu dekat, maka peningkatan kesejahteraan hidup akan lebih sulit diwujudkan.

Seperti yang terjadi masa pandemi ini di mana prevalensi penduduk miskin meningkat; banyak yang mengeluhkan kehilangan pekerjaan. Bahkan survei OECD juga menyebutkan, 46% masyarakat Indonesia hanya punya dana darurat untuk satu minggu saja.

Peningkatan literasi keuangan Indonesia harus segera dilaksanakan, mengingat begitu banyak dampak negatifnya yang bisa terjadi pada masyarakat. Dalam hal ini, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, media, dan juga masyarakat sendiri yang mau berpikiran terbuka dan berani mempelajari hal baru demi kemapanan ekonomi pribadi.

Mari mulai dari diri sendiri untuk lebih melek literasi keuangan. Belajar lebih banyak dan manfaatkan semua produk keuangan yang ada untuk dapat meningkatkan kualitas hidup kita ke depannya. Ingat, investasi yang paling mahal dan besar adalah investasi pada diri sendiri.

Advertisement

Setiawan Chogah

Menulis tentang teknologi dan keuangan. Sehari-hari berkarya di dezainin.com sebagai konsultan komunikasi digital.