Berbentuk Kapal, Masjid di Curug Ini Punya Cerita Tersendiri
BISNISBANTEN.COM – Keunikan masjid satu ini terlihat dari bentuknya yang seperti kapal. Terlihat mencolok dari kejauhan. Bukan hanya bentuk, nama masjid ini pun dinamai aneh yakni kapal bosok. Memiliki cerita tersendiri, masjid ini akhirnya menjadi destinasi wisata dan sempat viral di 2017.
Masjid Kapal Bosok memiliki cerita tentang Ki Angga Derpa dalam mengusir penjajah Belanda. Konon, kurang lebih empat tahun lamanya, sebanyak 17 santri pesantren Darul Salam membangun masjid berbentuk kapal di Lingkungan Drangong, Kelurahan Curugmanis, Kecamatan Curug, Kota Serang, Banten. Mereka membangun masjid ini berdasarkan cerita tentang keberadaan kapal yang membusuk di kampung tersebut. Dan inilah Masjid Kapal Bosok yang artinya masjid kapal yang membusuk.
Seperti diceritakan Ahmad Almawardi, humas pengurus masjid di sini, sekitar abad ke 16, penjajah Belanda bersandar di Pelabuhan Karangantu, Kota Serang. Mereka ingin menjajah dan mengambil dokumen dan harta kekayaan Banten. Ki Angga Derpa tidak terima dan ingin menyelamatkan itu.
Ki Angga pun mencabut pohon beringin. Di dalamnya terdapat tempurung berisi dua macan jantan dan betina yang memiliki anak kecil. Beringin ini dibawa ke kerumunan Belanda yang menjajah. Saat sang harimau keluar, pasukan Belanda pun kocar-kacir.
Saat itu, penjajah pun marah besar dengan Ki Angga, sehingga mereka mencari Ki Angga dan ditemukan di Kampung Aon yang saat ini bernama Lingkungan Drangong. Ia ditangkap dan dihukum di dalam kapal. Setelah puas menghukum Ki Angga, penjajah pun meninggalkannya di dalam kapal beserta dokumen dan sebagainya.
Kapal tersebut kemudian terbawa arus hingga ke sebuah air terjun yang saat ini belum juga ketahui namanya. Kapal ini terbawa air sampai daerah Curug yang lokasinya jauh dari pesisir. Kemudian Ki Angga mengambil cambuk dan memukulkannya ke kapal hingga busuk.
“Kapal dicambuk. Kapal, sira dicambuk bosok salawase (kapal, kamu dicambuk busuk selamanya),” kata Ahmad menirukan cerita yang menurutnya diturunkan turun-temurun tersebut.
Belanda sempat mencari kapal yang hilang terbawa air laut bersama Ki Angga Derpa. Namun mereka tidak menemukannya.
Konon, para santri yang membangun Masjid Kapal Bosok banyak menemukan batu karang laut di sekitar masjid. Selain itu ada besi dan benda yang disebut platok kapal bekas peninggalan cerita tersebut.
Ada cerita lain yang berkembang di masyarakat tentang Ki Angga ini. Suatu waktu Sultan mengadakan pernikahan putrinya dan meminta Ki Abdullah Angga Derpa mencari kayu bakar untuk keperluan memasak.
Ki Angga menyanggupi. Ia datang bukan membawa kayu hasil kapakan tetapi sebatang pohon kayu besar yang langsung ditarik menggunakan pundaknya. Karena kesaktiannya, ia bisa mencabut sebatang pohon besar.
Namun ia tidak mengetahui lubang pada pohon tersebut yang ternyata dihuni siluman harimau. Kontan Ki Angga menjatuhkan pohon itu. Harimau di dalamnya keluar dan mengacaukan acara hajatan sang sultan.
Sang Sultan marah dan memanggil prajurit untuk menangkap dan mengikat Ki Angga pada sebuah kapal di Pelabuhan Karangantu.
Dengan kesaktiannya, ia menarik kapalnya dan sampai dan terdampar di Kampung Drangong, Kelurahan Curugmanis, Kecamatan Curug, Kota Serang, Banten. Sampai akhirnya kapal itu busuk dan Ki Abdullah Angga Derpa meninggal dan dimakamkan di tempat itu.
Itulah asal-usul penamaan Kapal Bosok. Bosok dalam bahasa Jawa berarti busuk. Sampai sekarang tempat itu terkenal dengan sebutan Pemakaman Kapal Bosok.
Lokasi ini juga kerap didatangi karena terdapat makam Syekh Abdullah Angga Derpa Kapal Bosok. Pada makam tersebut ada tulisan berupa silsilah mengenainya mulai dari Nabi Adam, Nabi Muhammad sampai SAW hingga turunan ke 83 Ki Angga Derpa.
Cerita ini menunjukkan, selain kawasan Banten Lama, jejak peninggalan nilai-nilai sejarah Islami di Banten tersebar di beberapa daerah lain, salah satunya wisata di sini. Saat Idul Fitri, wisata makam Kapal Bosok terus dipadati pengunjung dari berbagai daerah.
Untuk menuju ke lokasi yang berada di tengah-tengah lahan persawahan, harus menjelajahi jalanan berliku. Dari Terminal Pakupatan, Kota Serang ambil arah ke Perempatan Boru, dilanjutkan menuju arah Kecamatan Curug. Kemudian menyusuri jalan sekira empat kilometer dari Kantor Kecamatan Curug ke Kapal Bosok.
Nah bagaimana, tertarik untuk ke tempat yang dipenuhi cerita ini? (Hilal)