Menguak Situs Cagar Budaya Sumur Tujuh, Antara Mitos dan Fakta
BISNISBANTEN.COM – Keberadaan Sumur Tujuh sangat melegenda. Antara mitos dan fakta, tempat ini banyak didatangi. Bukan hanya untuk berwisata, tapi maksud lainnya.
Situs cagar budaya Sumur Tujuh berada di Kampung Pancuran Emas, Kramatwatu, Kabupaten Serang. Di sini selain terdapat tempat peziarahan juga terdapat pemandian atau petirtaan. Berdasarkan plang cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten tempat ini dulu diyakini sebagai tempat berkumpul para wali pada masa lalu untuk bertirakat dan mendekatkan diri kepada Allah.
Pada plang yang menyambut para pengunjung ini juga tertulis nama-nama wali yang saat itu menjadi panglima perang dalam penyebaran Islam di tanah Banten.
Pengunjung yang ingin mandi dan berziarah, tidak terlalu sulit untuk bisa sampai ke tempat ini. Sekitar kurang lebih 1,5 KM dari Balai Desa Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu.
Persis di tengah-tengah penduduk, gapura bertulisan Makam Kramat Sumur Tujuh Pancuran mas berada. Sekitar 500 meter masuk dari plang itu menuju makam dan sumur kramat. Untuk sampai di lokasi harus melalui jalan setapak.
Di lokasi wisata Sumur Tujuh, terdapat tempat pemandian atau biasa disebut dengan istilah petirtaan menyerupai lubang-lubang sumur dengan diameter sekitar 0,5 – 1 meter. Letak Sumur Tujuh Belas dinaungi pohon rindang, semakin membuat suasana tambah asri.
Meskipun dinamai Sumur Tujuh namun jumlah sumurnya ada 17. Letaknya tidak menumpuk di satu tempat.
Jumlah sesungguhnya lebih dari tujuh sumur, melainkan 26 buah. Yakni 19 sumur di sebelah utara dan tujuh sumur di sebelah selatan. Menurut cerita, jumlah sumur tersebut bisa berubah-ubah tergantung tingkatan kemampuan manusia yang datang berziarah ke tempat tersebut
Sang penjaga situs cagar Huzaeni Jen menjelaskan, situs Sumur Tujuh memiliki sumur utama yang sering didatangi orang-orang setiap hari. Bukan hanya domestik bahkan ada yang dari mancanegara. Khusus di malam Jumat, banyak orang yang datang bahkan sampai berendam dengan berbagai maksud.
Ada sumur yang disebut Sumur Keraton. Dari sumur ini, pegunjung banyak yang mengambil air entah untuk berbagai keperluan. Selain buat mandi, ada yang membawa air untuk niatan tertentu misalkan untuk penyembuhan
Selain itu ada Sumur Kejayaan atau Nyaiwana. Sesuai namanya, banyak yang datang konon untuk mencari kejayaan. Ada juga sumur-sumur kecil di bawah sebuah pohon besar. Tujuh sumur ini konon terlihat berbeda warna tergantung siapa yang melihat. Kadang airnya jernih, putih, dan lain sebagainya.
Sumur lainnya, ada Sumur Sepuh yang sering didatangi perempuan untuk mandi. Konon supaya awet muda. Ada lagi Sumur Putri, konon sering didatangi perempuan dan lelaki dengan berbagai maksud. Kira-kira, menurut Jen, perempuan yang datang katanya ingin cantik dan lelaki yang datang katanya ingin terlihat ganteng.
Ada juga sumur berbentuk segitiga, kadang ada pengunjung yang datang di malam hari dan berendam. Mereka yang datang ke sini dari berbagai kalangan.
Tidak hanya sumur, di sini juga terdapat tujuh makam keramat para aulia dan kyai yaitu Makam Ratu Nyai Wana Pancuran Emas, Syekh Pangeran Sebrang Kidul, Syekh Pangeran Antas Angin, Syekh Buyut Kembar atau Hasan-Husen, Syekh Buyut Tunggal, Syekh Abah Saki Al-Bantani, dan Syekh Buyut Raden Ireng. Selain itu ada makam Syekh Asem, dan Syekh Sepuh.
Menurut cerita, Sumur Tujuh di Desa Lebakwana ini berawal dari para wali yang menjadikan lokasi ini sebagai tempat perkumpulan untuk syiar Islam di Banten. Kisah sumur Tujuh itu, bak kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan anaknya Nabi Ismail.
Saat para wali berkumpul bersama Syekh Mansur Cikaduen, waktu salat tiba. Sementara di sekitar tempat ini tidak ada air sedikitpun. Syekh Mansur yang memiliki tongkat sakti langsung menancapkan ke tanah. Saat dicabut, keluarlah sumber mata air dari dalam tanah.
Keberhasilan yang pertama diikuti oleh kemunculan lubang-lubang sumur yang lain. Tahap pertama sebanyak tujuh sumur, hingga sekarang jumlahnya mencapai 26 sumur.
“Sumur Tujuh ini ada saat era Kesultanan Maulana Hasanudin yang saat itu hendak merebut kekuasaan dari Pucuk Umun di Banten. Berkat kerja keras para wali akhirnya Pucuk Umun bisa diusir Sultan Maulana Hasanudin ke Banten Selatan,” lanjut Jen.
Cerita lain yang beredar, berawal dari akhir abad ke-15 M, sewaktu Sunan Ampel pertama datang ke Banten sudah didapati penduduk yang beragama Islam walaupun bupatinya masih beragama Hindu. Bahkan di Banten sudah berdiri satu masjid di Pecinan, yang kemudian diperbaiki oleh Syarif Hidayatullah.
Pada masa itu pula perkembangan pendidikan agama Islam maju dengan pesat. Di komplek Masjid Agung dibangun sebuah madrasah yang dimaksudkan untuk mencetak pemimpin rakyat yang saleh dan taat beragama, demikian juga di beberapa daerah lainnya.
Banten di masa kepemimpinan Maulana Yusuf di samping tetap berjuang melawan penjajahan Belanda juga mendorong rakyatnya tekun beribadah. Dalam hal perekonomian, untuk meningkatkan pendapatan penduduknya diperintahkan membuka daerah-daerah baru bagi persawahan, sehingga sawah di Banten bertambah luas sampai melewati daerah Serang sekarang. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut, dibuatlah terusan-terusan irigasi dan bendungan-bendungan.
Bagi persawahan yang terletak di sekitar kota, dibangun satu danau buatan yang dinamakan Tasikardi. Air dari sungai Cibanten dialirkan melalui terusan ke danau ini dan salah satu sumber airnya berasal dari mata air Sumur Tujuh
Menurut penuturan Ustadz H Barmawi, pewaris daerah Sumur Tujuh dari usia 19 tahun, Sumur Tujuh adalah area seluas kurang lebih 5 hektar. Tempat ini pada masa lalu adalah tempat berkumpulnya para syekh, kyai, dan para pejuang.
Menurut cerita beliau, justru pusat pemerintahan Kramatwatu awalnya di Desa Pancuran, Lebak Wana (Pancuran Emas). Dan wilayah ini dahulunya dimiliki Ratu Nyai Wana.
Pada waktu itu yang membuka daerah Sumur Tujuh ini kembali adalah KH Abdul Fattah Tohir (Serang), KH Fayumi (Tanara), dan H Subhi (Bojonegara)
Saat ini, Tujuh Sumur menjadi wisata religi. Ini dibuktikan dengan diyetapkan sebagai salah satu cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten Serang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Meskipun banyak yang berkeyakinan tempat ini kramat, namun seperti yang dikatakan Ustadz Haji Barmawi, yang mengabulkan doa-doa kita Allah SWT. (Hilal)