Info BisnisKeuangan

Infrastruktur Digitalisasi Perbankan Tidak Murah, Ini Sebuah Keharusan!

BISNISBANTEN.COM – Pada kegiatan Economic Outlook 2022 yang digelar Ekbispar Pokja Wartawan Banten, Bank bjb didaulat memaparkan tentang adaptasi perbankan terhadap era digitalisasi.

Pada kegiatan berlangsung Selasa-Rabu (14-15/12/2021) di Aston Anyer Beach Hotel, Kabupaten Serang, Banten ini, Fauzi Aulia
Relationship Officer Institusi Bank BJB menjelaskan tentang kondisi digitalisasi perbankan saat ini.

Menurutnya, pada 2018 akhir atau 2019 awal yang sudah digitalisasi awal itu BTPN dengan Jenius-nya dan DBS dengan Digi Bank-nya. Dari 2017, lanjutnya, adaptasi digitalisasi perbankan sudah ada transformasi tapi baru bank BUMN seperti BRI dan BNI meskipun memang penerapannya belum full.

Advertisement

“Masuk ke 2020 dan 2021 ada istilah revolusi 4.0 dan ini tidak hanya di perbankan. Adaptasi digital ini disebut harus ya harus dan garus bisa berubah ke dalam tahap digitalisasi,” jelas Fauzi.

Di masa pandemi, di saat banyak orang harus merasakan fase pandemi dan diam di rumah, di situ pulalah industri keuangan harus tetap berjalan. Dan digitalisasi layanan perbankan mulai gencar dikenalkan.

Namun untuk menjangkau pelanggan melalui layanan digital ini ternyata tidak murah.

“Infrastruktur digitalisasi tidak murah, mencakup investasi di IT. Misal untuk satu server mengurus digi mobile harganya sudah berapa, belum ke depan ada pembukaan rekening tanpa tatap muka,” imbuhnya.

Advertisement

Kalau bank BUMN kata Fauzi, pondasinya lebih kuat. Dan bisa merealisasikan digitalisasi tanpa terhambat modal. Sementara bank swasta mulai banyak yang memanggil investor luar karena membutuhkan modal cukup besar untuk investasi digitalisasi. Sebut saja OCBC NISP dan CIMB Niaga.

Digitalisasi layanan ini di sisi lain memudahkan nasabah untuk melakukan banyak hal. Misalnya jika ingin membuka rekening tidak harus datang ke customer service.

Namun di sisi lain, digitalisasi ini membuat Bank bjb harus menutup empat kantornya. Ini karena layanan di daerah empat kantor ini dianggap masih bisa dilayani melalui digital seperti Mbangking dan bjb Digi.

Ditanya lebih efektif mana antara digitalisasi yang membuat empat kantor tutup dan layanan offline, Fauzi mengibaratkan, Bank bjb sedang dalam kondisi nyaman-nyamannya tapi disuru berlari.

“Mending seperti sekarang, akhirnya mau tidak mau memaksakan nasabah juga untuk teredukasi layanan digital. Ketika tutup (empat) kantor pun, banyak yang nanya kenapa. Padahal saat buka, (saat itu) sudah ada bjb Digi dan mobile banking,” kata dia. (Hilal)

Advertisement

Hilal Ahmad

Pembaca buku-buku Tereliye yang doyan traveling, pemerhati dunia remaja yang jadi penanggung jawab Zetizen Banten. Bergelut di dunia jurnalistik sejak 2006.
bisnisbanten.com