Insight

Ikhlas Dalam Beramal

BISNISBANTEN.COM — Sahabat Filah, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk ikhlas dalam beramal. Dalam surat Al-Bayyinah, Beliau berfirman:

Mereka tidak diperintah kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (QS Al-Bayyinah [98]: 5).

Ikhlas adalah kunci ibadah kita diterima. Tapi, bagaimana cara kita mengetahui apakah kita sudah ikhlas atau belum! Sebelum mencari tahu hal itu, kita harus lebih dulu mengetahui makna dari ikhlas.

Advertisement

Menurut Imam Izzuddin bin Abdis Salam, ikhlas adalah melaksanakan ketaatan karena Allah semata, tidak mengharapkan pengagungan dan penghormatan manusia, dan tidak mengharapkan manfaat atau menolak bahaya.

Sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah berkata: karakter manusia sejatinya ada empat, yakni: malas ketika sendirian, rajin ketika berada di hadapan banyak orang, semangat beramal jika disanjung, serta kurang semangat jika dihina.

Abu Laits As-Samarqandi dalam Kitab Tanbihul Ghafilin (Peringatan Bagi yang Lupa) mengungkapkan, terdapat tiga cara agar ikhlas dalam beramal :

1. Setiap beramal kita mesti memahami terlebih dahulu bahwa setiap amalan yang dilakukan atas izin Allah. Tanpa kehendak Allah SWT, kita tidak dapat mengerjakan suatu apapun. Dengan demikian, akan timbul rasa syukur dan terhindar dari kufur.

Advertisement

2. Awali setiap amal dengan mengharap ridha Allah SWT, meyakinkan diri bahwa amalan yang sedang dilakukan direstui Allah SWT, sehingga tidak terpengaruh hawa nafsu.

3. Tanamkan dalam diri bahwa amalan yang dilakukan semata-mata untuk Allah SWT dan mencari ridha-Nya. Jadi, kita tidak lagi peduli dengan tanggapan dan pujian orang lain.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barang siapa yang memperdengarkan (amal), maka Allah SWT akan memperdengarkan hal itu. Dan barang siapa yang ingin memperlihatkan (amalnya), maka Allah akan memperlihatkan hal itu,” (HR Bukhari Muslim).

Disamping itu, kita juga dapat melakukan beberapa cara berikut agar ikhlas dalam beramal:

Berdoa

Tak lupa, usahakan untuk selalu berdoa agar setiap amalan yang dilakukan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Sebagaimana sahabat Umar bin Khattab kerap melafalkan doa berikut ketika beramal: “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal yang shalih, Ikhlas karena mengharap wajah-Mu, dan janganlah jadikan di dalam amalku bagian untuk siapapun,”

Menyembunyikan Kebaikan

Dalam Hadits riwayat Sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW menyampaikan ada tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah di akhirat nanti. Salah satunya “Seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya hingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kirinya,” (HR Muslim).

Kalimat terakhir adalah perumpamaan dari Rasulullah SAW ntuk menyembunyikan sedekah dari orang lain. Memang, dalam beberapa kesempatan lebih baik menampilkan sedekah kita untuk mengajak orang lain ikut bersedekah. Dan sedekah secara terang-terangan juga bermanfaat.

Namun, secara umum Allah menganjurkan tidak memamerkan sedekah kita sebagaimana dalam firman-Nya:
“Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu,” (QS Al-Baqarah [2]: 271).

Memperbanyak Istigfar Setelah Beramal

Memperbanyak istighfar setelah beramal perlu dilakukan untuk menghindari sifat takabur, sehingga kita akan menjadi seseorang yang penuh keikhlasan.

Tidak Menyukai Pujian

Seseorang yang ikhlas cenderung tidak menyukai pujian, karena pujian dapat mengurangi nilai keikhlasan. Orang yang ikhlas dalam beramal hanya ingin Allah yang mengetahui dan membalas amalannya.

Karena itu, banyak ulama menuliskan Bab tentang larangan memuji secara berlebihan, karena dapat menimbulkan fitnah. Di antaranya Imam Nawawi. Hal ini berdasarkan riwayat Sahabat Miqdad ra:
“Rasulullah menyuruh kami untuk melemparkan pasir di wajah orang-orang yang memuji,” (HR Muslim).

Namun, tidak semua pujian dilarang dan harus dilempar pasir ke wajah orang yang memuji. Setidaknya ada tiga pujian yang tidak diperbolehkan dalam hadis:

1. Pujian yang berlebihan.
2. Pujian dengan sifat yang tidak ada pada diri orang yang dipuji.
3. Pujian yang bisa menimbulkan fitnah atau ujub (kesombongan) pada orang yang dipuji.

Karena itulah, kita tidak boleh larut dalam pujian agar tidak mengurangi nilai keikhlasan kita di sisi Allah. Semoga kita diberikan hati yang ikhlas dan hanya mengharapkan balasan dari-Nya. Aamiin.

Sahabat Fillah, Ikhlas adalah amalan hati dan cara melakukannya yaitu, dengan meluruskan atau memurnikan niat dalam beramal. Sebab, seperti sabda Nabi SAW, segala perbuatan bergantung pada niatnya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak memandang postur tubuhmu dan tidak pula pada kedudukan maupun harta kekayaanmu, tetapi Beliau memandang pada hatimu. Siapa yang memiliki hati yang baik, maka Allah menyukainya. Manusia yang paling dicintai Allah ialah yang paling bertakwa,” (HR Muslim dan ath-Thabrani)

Nuun Walqolami Wamaa Yasthurun
Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq
wallahu a’lam bish-shawabi

Oleh: Ustadz H Dedi S Al Ghifary S.Pd.I
Pimpinan MT An Nahl Cendekia Kota Serang

Advertisement
bisnisbanten.com