Asuransi

Ini Cerita Pedagang Nasi Yang Gunakan JKN-KIS Untuk Anaknya 

BISNISBANTEN.COM — Jumairah (48) ibu dari empat orang anak yang sehari-harinya menjajakan nasi bungkus di Desa Cibereum Cikande RT 004 RW 002 Kab Serang ini, memiliki sepenggal kisah perjuangan seorang ibu yang harus pontang-panting memperjuangkan kesembuhan sang buah hati.

Pasalnya, Siti Masitoh (10) sudah 8,5 tahun mengidap penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika yang menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah (hemoglobin) tidak berfungsi secara normal yang disebut thalasemia.

“Awalnya saya nggak tahu ini penyakit apa, karena keluhannya hanya ada benjolan di dekat perut nya, dan saya bawa ke orang pinter, puskesmas dan bidan di kampung, tapi katanya harus dirujuk ke rumah sakit,” katanya, Rabu (27/6).

Tanpa putar otak, Jumairah pun membawa Siti Masitoh ke rumah sakit dengan membawa rujukan dari Puskesmas setempat. Tak disangka bagai terkena petir di siang bolong, hatinya hancur saat sang dokter mem-vonis putri bungsunya mengidap thalasemia dan diharuskan melakukan cuci darah setiap sebulan sekali.

“Rasanya sedih campur bingung, gimana saya bisa dapat uang untuk cuci darah anak saya, sedangkan penghasilan saya juga pas-pasan hanya untuk makan dan kebutuhan sekolah anak,” ujarnya.

Sang suami yang hanya bekerja sebagai buruh pabrik, menurut nya tak dapat diandalkan karena gaji nya yang minim untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun mau tidak mau transfusi darah tetap harus dilakukan.

“Setiap bulan saya selalu kepikiran gimana caranya dapetin uang berjuta-juta untuk sekali transfusi, belum juga harus mikirin ongkosnya dan setiap mau ke rumah sakit, anak saya harus minta barang baru seperti baju atau sendal baru,” ratapnya.

Akhirnya, kesedihan Jumairah sedikit berkurang dengan diterimanya Kartu Indonesia Sehat (KIS) BPJS Kesehatan yang diterimanya dari Pemerintah setempat.

“Alhamdulillah, Allah mengabulkan doa saya, sehingga saya tidak perlu pusing lagi memikirkan cara berobat dan transfusi anak bungsu saya yang sebelumnya saya harus pinjam sana sini untuk biaya transfusi,” ucapnya.

Empat tahun berjalan, berbagai manfaat yang dirasakan Jumairah setelah menggunakan kartu sakti hijau yang didapatnya. Dirinya mengaku segala keperluan pengobatan Siti Masitoh dapat tertangani oleh pihak rumah sakit.

“Sekarang saya mengucapkan banyak terima kasih kepada BPJS Kesehatan, Pemerintah, serta peserta lain yang rutin membayarkan iurannya sehingga anak saya tertolong,” katanya.

Siti Masitoh mengidap thalasemia dengan gejala wajah dan bibir terlihat pucat, perut menjadi bengkak (disebabkan oleh pembesaran limpa atau hati), urine berwarna keruh, kelainan bentuk tulang wajah, terlambatnya pertumbuhan tubuh, kulit bagian mata yang berwarna putih menjadi kuning (jaundice/penyakit kuning), dan kekurangan sel darah merah atau anemia yang menyebabkan napas terasa sesak,tubuh mudah lesu dan letih.

“Kalau sekarang dokter menyarankan anak saya harus melakukan transfusi darah setiap satu bulan dua kali, karena kalau tidak begitu badannya akan tersaa sakit pegal-pegal,” tutupnya. (Adv Bpjs Kesehatan).

LANJUT BACA